Dr Hj Rizayati SH MM : "Kita harus perlakukan orang yang benci kita, menebar fitnah kepada kita dengan sebaliknya merangkul mereka..."
myhelb.blogspot.com/ Myhelb Membaca Zaman | Rasulullah SAW sangat menganjurkan ummatnya untuk berakhlaq mulia, sebagaimana dirinya melakukan hal-hal penuh kemuliaan.
Salah satu akhlak mulia Rasulullah SAW adalah sifat kedermawanan Rasulullah SAW yang menakjubkan. Dimana sikap beliau itu telah menjadikan orang-orang kafir yang membencinya masuk Islam, bahkan orang yang paling membenci Rasulullah SAW diantaranya sebut saja Shofwan bin Umayyah -- yang merupakan putra dari Umayyah bin Khalaf (tuannya Bilal yang telah menyiksa Bilal, yang tewas setelah perang Badar dibunuh oleh Bilal dan lainnya--.
Shafwan bin Umayyah salah satu pemimpin kaum musyrikin dalam perang Uhud karena ia hendak menuntut balas atas kematian bapaknya Ummah bin Khalaf.
Ia terus terus berupaya membunuh Nabi bahkan saat perang Khandak bergelora masa itu. Bahkan tatkala Nabi telah menaklukkan kota Mekah, ia pun masih enggan masuk Islam karena kebenciannya kepada Rasulullah SAW yang sudah karatan. Api dendam dalam dadanya terus dikobarkan, namun akhirnya ia pun masuk Islam karena kedermawanan Rasulullah SAW.
Ibnu Syihaab berkata :
Rasulullah SAW melakukan perang menaklukkan kota Mekah, lalu Rasulullah SAW pergi bersama kaum muslimin bertempur dalam perang Hunain, maka Allah memenangkan agamaNya Rasulullah SAW dan kaum muslimin. Dan pada hari itu Rasulullah SAW memberikan kepada Safwan bin Umayyah 100 ekor unta, lalu 100 ekor unta, lalu 100 ekor unta”
Sa’id Ibnul Musayyib berkata bahwasanya Sofwan bin Umayyah berkata :
“Demi Allah, Rasulullah SAW telah memberikan kepadaku apa yang ia berikan, padahal ia adalah orang yang paling aku benci. Namun Nabi terus memberikan kepadaku hingga akhirnya ia adalah orang yang paling aku cintai” (HR Muslim no 2313).
Perlakuan Rasulullah SAW ini bisa kita praktekkan kepada orang yang membenci kita, kalau kita berikan sejumlah harta kepadanya tentu kebenciannya akan mulai luntur, jika kita berikan lagi maka akan terus luntur hingga akhirnya ia bisa balik mencintai kita sang pemberi. Apalagi kalau kita menghadiahkan kepadanya sesuatu yang ia senangi. Namun ini hanya berlaku kepasa orang-orang yang membenci kita baik karena ia cemburu, iri dengki kepada kita, benci tanpa alasan jelas atau memang sengaja untuk mencelakai kita dengan alasan yang absurd.
Kedermawanan Rasulullah SAW bukan hanya terbatas pada harta belaka, bahkan beliau juga dermawan dengan kedudukan beliau, misalnya mau memberi syafaat meskipun hanya kepada seorang budak.
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata :
“Suami Barirah adalah seorang budak lelaki yang disebut Mughits. Seakan-akan aku melihatnya keliling mengikuti belakang Barirah sementara air matanya mengalir membasahi jenggotnya (karena Barirah menjadi budak merdeka dan budak wanita yang dimerdekakan boleh memilih antara tetap menjadi istri suaminya yang statusnya masih budak atau berpisah darinya. Dan Barirah memilih untuk berpisah, sementara sang suami tidak mau berpisah karena saking mencintai istrinya Barirah-pen).
Maka Rasulullah SAW berkata,
“Wahai Ibnu Abbas, tidakkah kau takjub dengan kecintaan Mughits kepada Barirah dan kebencian Barirah kepada Mughits?”. Maka Rasulullah SAW berkata kepada Barirah (memberi syafaat untuk Mughits-pen),
“Seandainya engkau kembali kepada Mughits?”. Maka Barirah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkan aku?”. Nabi berkata, “Aku hanya sekedar memberi syafaat (tidak memerintah)”. Maka Barirah berkata, “Aku tidak butuh untuk kembali kepadanya” (HR Al-Bukhari no 5283).
Perhatikan, Rasulullah SAW tetap dermawan dengan kedudukannya untuk menolong Mughits meskipun tidak berhasil, akan tetapi yang menjadi perhatian kita adalah Rasulullah SAW mau dermawan dengan kedudukannya demi membantu seorang budak.
Demikian juga kedermawanan Rasulullah SAW dari doa beliau. Beliau memiliki doa yang pasti dikabulkan akan tetapi beliau jadikan doa tersebut untuk umatnya sebagai syafaat bagi mereka pada hari kiamat kelak.
Rasulullah SAW berkata :
لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فِي الْآخِرَةِ
“Setiap Nabi memiliki doa yang dikabulkan yang ia berdoa dengannya. Dan aku ingin menyimpan doaku yang terkabulkan tersebut sebagai syafaat bagi umatku di akhirat” (HR Al-Bukhari no 6304 dan Muslim no 199).
"Semoga kisah-kisah Rasulullah SAW yang kita ketahui dari berbagai kitab bisa membuka mata hati kita terhadap kenyataan didepan mata kita. Bahwa masih banyak fakir miskin, anak yatim yang perlu kita perhatikan disaat kita dalam posisi sedang mampu baik dari segi finansial maupun kedudukan. Mari kita bershalawat kepada junjungan besar kita Rasulullah SAW semoga beliau memberi syafaat kepada kita diakhirat kelak." ujar Dr Hj Rizayati SH MM dalam bincang-bincang dengan Halim El Bambi Myhelb Membaca Zaman, dalam sebuah kesempatan di Jakarta. | Halim El Bambi