Profil Halim El Bambi

Halim El Bambi
By -
0


Profil Milah Yabmob/Halim El Bambi/Abdul Halim 

Di KTP nama aslinya adalah Abdul Halim. Namun sebagai seorang penulis cerpen, novel dan berprofesi sebagai jurnalis dan designer lepas, nama penanya Halim El Bambi lebih dikenal ketimbang nama aslinya itu.Sementara Milah Yabmob adalah nama populernya dikalangan tim relawan PNA, saat ia aktif di dunia politik Aceh sebagai Ketua Media dan propaganda Partai Nanggroe Aceh (2014-2018).

Halim El Bambi
adalah pekerja sosial-kemanusiaan (Human Rights worker) yang sejatinya menguasai berbagai ilmu publikasi (publication skill's); penulis, pelukis, cartoonist, cerpenis, designer, dll. Pada medio 1999-2001 Halim sering ikut berbagai kontes kartun tingkat Internasional di Iran, Brazil, Serbia, Poland, Syria, Luxemborg dll.

Halim adalah lulusan
MAN I Sigli tahun 1996 dan mendapat USMU (bebas UMPTN) dan Beasiswa dari Fakultas Hukum Unsyiah. Akhir 1996, Halim sudah merantau ke Banda Aceh dan berjumpa dengan Lukman Age, tokoh muda kampus Unsyiah (tepatnya UKM Pers Unsyiah), yang selanjutnya mengenalkan pria asal Pidie kelahiran Medan 27 Juni 1977 ini bersentuhan dengan dunia aktivisme dan NGO di Aceh.

1996 pertama kali menjadi kontributor buletin “Seureune” Forum LSM Aceh. Selanjutnya, berturut-aktif di lembaga pendataan dan pembelaan (advokasi) HAM di Koalisi NGO HAM Aceh. Bersama dengan beberapa alumni UKM (unit Kegiatan Mahasiswa) Penerbitan Unsyiah sempat membentuk dan menjadi pendiri yayasan Aceh Media Institute (AMI). Lembaga Aceh Media Wacth (sebuah lembaga yang khusus memantau dan menganalisis media lokal di Aceh).

Pada pertengahan 1998, dimana tensi kekerasan bersenjata begitu refresif, Halim nekat terjun ke hutan menjemput korban DOM. Penjemputan ini merupakan mandat Forum LSM Aceh dan Koalisi NGO HAM
yang diperintahkan langsung oleh Direktur Koalisi NGO HAM Aceh masa itu, Bapak (alm) Maimul Fidar. Halim diutus Forum LSM Aceh untuk menjemput beberapa korban DOM di pelosok hutan Ujung Rimba Pidie dan Buloh Blang Ara Aceh Utara. Dengan resiko dilapangan yang sangat tinggi, korban ini berhasil ia bawa secara diam-diam ke Banda Aceh dan selanjutnya dibawa Tim Pembela Kasus Aceh (TPKA) yang dibentuk Forum LSM dan Koalisi NGO HAM serta beberapa LSM Lokal berbasis pembela HAM ke Jakarta untuk melakukan testimoni.

Belakangan
dari testimoni yang diungkapkan korban-korban DOM itu, akhirnya menjadi cikal bakal terkuaknya ragam kasus pelanggaran HAM tragis di Aceh. Tim Komnas HAM turun kelapangan. Maka kuburan-kuburan massal pun banyak terkuak kepermukaan hingga menjadi heboh secara internasional. Forum LSM Aceh dan Koalisi NGO HAM belakangan menjadi pionir pendataan kasus pelanggaran HAM secara intens.

Di Koalisi NGO HAM Aceh, posisi Halim saat itu adalah Staf Data & Kampanye. Kerap berkomunikasi dengan aktivis Aceh berdomisili diluar negeri seperti Nur Djuli (belakangan dikenal sebagai petinggi GAM), Saeki Natsuko, Lilian Fan dan Jaffar Siddiq Hamzah, aktivis IFA berkedudukan di Amerika Serikat. Jaffar Siddiq Hamzah ketika tiba di tanah air dalam kapasitasnya sebagai pembela HAM tersiar kabar meninggal secara misterius pada medio 3 September 2000 pagi, mayat Jafar ditemukan di pinggir jalan Merek, Sidikalang, di Desa Nagalingga, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mencatat, mayat Jafar ditemukan bersama empat mayat lainnya. “Ditemukannya tanda-tanda luka bekas benda tajam dan tumpul pada sekujur tubuh korban. Hal ini menunjukan korban telah melalui proses penyiksaan terlebih dahulu sebelum akhirnya meninggal, apalagi menurut keterangan dokter pelaku yang diduga melakukan pembunuhan tersebut lebih dari satu orang. Peletakan mayat di pinggir jalan tersebut menunjukkan bahwa hal ini sengaja dilakukan sebagai suatu bentuk teror sekaligus peringatan terhadap aktivis lain yang memperjuangkan penyelesaian persoalan Aceh,” demikian dikutip dari siaran pers KontraS No: 44/SP-KontraS/VIII/2000 tentang Penemuan  Lima Mayat di Sumatera Utara.

Pada 2005
Halim cabut dari Koalisi NGO HAM dikarenakan funding sudah mulai meninggalkan Aceh secara berkala. Hingga Desember 2011 Halim aktif di The Aceh Institute, sebuah lembaga penelitian yang paling aktif menelurkan berbagai hasil riset di Aceh. Disini Halim memimpin mengelola website Aceh Institute yang progresif menerbitkan artikel ilmiah populer sehingga pada saat itu, website lembaga Aceh Institute yang ia tangani menjadi viral dan sangat terkenal bukan hanya di Aceh bahkan secara nasional. Faktanya situs Aceh Institute bahkan masuk 10 besar peringkat di Alexa (dan sempat bersanding dengan situs news terkemuka nasional seperti Detik. Sehingga pada masa itu, situs Aceh Institute membentuk sebuah trending sebagai sebuah situs kelas lokal tapi mampu bersaing dengan situs-situs kelas nasional.

Situs Aceh Institute dibawah kontrolnya bersama Direktur Aceh Institute, Bapak DR Saiful Mahdi, M.S.i dan Manager program Lukman Age (belakangan menjadi Direktur Aceh Institute menggantikan Saiful Mahdi yang fokus studi di Amerika Serikat) menjadi salah satu situs paling aktif (up to date). Banyak penulis-penulis profesional dan pemula mengirimkan karyanya ke redaksi situs Aceh Institute. Salah satu alumni penulis situs Aceh Institute yang kini dikenal sebagai tokoh agamawan muda progresif Aceh, DR Ustaz Teuku Zulkhairi MA adalah mantan penulis Aceh Institute sejak 2005. Karyanya kerab diterima oleh Halim selaku redaktur dan selalu mendapat tempat di situs Aceh Institute untuk dipublikasikan. Halim melihat Zulkhairi memiliki bakat menulis yang cukup powerfull. Baginya Zulkhairi adalah penulis produktif yang wajib diberi ruang seluas-luasnya. Hingga saat ini, Zulkhairi memang sudah menjelma sebagai penulis terkenal dari kalangan agamawan muda Aceh. Pemikiran dan karyanya ditunggu banyak pihak dan kerab menjadi naarsumber berbagai diskusi publik. Alhamdulillah, sahabat Halim sudah sukses dan semoga terus berbuat banyak bagi ummat.

Namun ternyata di Aceh Institute Halim hanya berdedikasi selama 5 tahun lebih. Pada
2011, dimana funding-funding mulai meninggalkan Aceh secara massiv dan lembaga-lembaga lokal mulai kepayahan mendanai operasional kantor, maka terjadilah pengurangan staf sehingga Halim secara sadar out dari Aceh Institute. Setelah keluar dari Aceh Institute pergi ke Kuala Lumpur, Malaysia melanjutkan pendidikan di Asia Pacific University of Technology & Innovation (APU).  

Sekembali ke Aceh,
atas permintaan pemilik Koran Serambi Indonesia, Sjamsul Kahar, Halim sempat bekerja di Harian Serambi Indonesia menangani International News (berita luar negeri untuk portal online milik Serambi). Dimedia legendaris ini, Halim hanya betah 3 bulan, lalu ia hengkang dan kembali 'vacum'.  Sampai pada Februari 2013 ia lalu kembali mendapat tugas di BPKS, sebuah kantor setingkat kementerian berbasis di Sabang. Saat itu, manajemen BPKS dipimpin oleh Fauzi Husin, seorang teknokrat mantan petinggi di PT Arun.

Di BPKS manajemen Fauzi Husin, oleh Wakil Kepala BPKS, Irwan Faisal, Halim ditempatkan pada posisi Staf penelitian. Karena memiliki skill tinggi dibidang penerbitan, penulisan, publikasi, Halim kerap diminta oleh petinggi-petinggi BPKS untuk menggarap ragam laporan dan bahan presentasi penting, baik untuk laporan ke Forkopimda Sabang, maupun untuk Gubernur bahkan sampai ke kementerian dan presiden. Ia selalu lengket dengan elit BPKS sekaligus sebagai staf ahli.



Mulai Dekat dengan Irwandi Yusuf, Mantan Gubernur Aceh Periode 2007-2012

Nah, selama masih di BPKS itu pula, Halim sudah intens melakukan komunikasi dengan Irwandi Yusuf (Gubernur Aceh periode 2007–2012, yang dulu Ketua Dewan Kawasan Sabang) via online (FB). Halim tau masa itu posisi Irwandi dikalahkan Zaini Abdullah - Muzakir Manaf (Gubernur periode 2012-2017).

Halim
melihat mantan gubernur Aceh itu dizalimi habis-habisan oleh rival politiknya hingga 'dikalahkan' secara keji pada Pilkada 2012 silam, bahkan Irwandi Yusuf sempat dibogem fans pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf. Saat itu, Irwandi Yusuf sudah mendirikan Partai Nasional Aceh (PNA), dan secara kebetulan didalamnya juga ada Lukman Age, sosok yang merekomendasikan dirinya masuk ke lingkaran BPKS. Pada masa di BPKS ini pula Halim secara bawah tanah mulai bekerja mengembalikan citra Irwandi Yusuf yang sempat jatuh terpuruk paska dizalimi pasangan Zaini- Manaf. Kerja-kerja pencitraaan dan propaganda mulai ia gerakkan di medsos secara intens untuk mengembalikan image Irwandi Yusuf ke arah yang lebih dicintai rakyat Aceh.

Selama bekerja untuk Irwandi Yusuf, keduanya saling mengisi satu sama lain. Bahkan Irwandi Yusuf merasa sangat terbantu dengan kemunculan Halim yang secara langsung telah meringankan kerja-kerja pribadi Irwandi Yusuf. Baik Halim maupun Irwandi Yusuf, keduanya aktif mengcounter berbagai issu tak sedap yang menghampiri Irwandi Yusuf. Keduanya sama-sama mengendalikan 'informasi politik kekinian
Aceh'. Kabar baiknya, Irwandi Yusuf memiliki pengikut yang cukup banyak dan militan, hal itu jelas membantu posisi Irwandi Yusuf kembali pada khittahnya sebagai sosok pemimpin yang didambakan rakyat Aceh.

5 Agustus 2016,
masa panas-panasnya kampanye Pilkada 2017, melalui Bendahara umum DPP PNA, Lukman Age, Halim diundang secara khusus oleh Irwandi untuk datang ke Jakarta. Kabarnya, Mantan Presiden 2 periode, SBY yang merupakan Ketum DPP Demokrat mengundang Tim Irwandi - Nova ke kantor Partai Demokrat di Jakarta untuk melakukan deklasi pasangan resmi calon gubernur Aceh – Wakil gubernur Aceh periode 2017-2022. Halim termasuk petinggi Timses Irwandi-Nova yang diundang. Disinilah Halim baru bertemu dan bertatap secara langsung dengan Irwandi Yusuf setelah bertahun-tahun hanya berkomunikasi via dunia maya.

Bisa dikatakan, Halim orang yang sangat dipercaya Irwandi Yusuf bekerja membangun citra positif dirinya
sejak 2013 hingga ia terpilih sebagai Gubernur Aceh periode 2017-2022. Halim, para relawan, timses sukses mengantarkan pasangan No 6 itu ke puncak kekuasaan No 1 Aceh. Halim yang dipercaya Irwandi Yusuf berhasil membangun kembali sistem propaganda dan pencitraan positif Irwandi Yusuf yang semula sempat mencapai fase memburuk paska pilkada 2012 dan terpilih kembali untuk periode selanjutnya.

Untuk merayakan kemenangan itu, Irwandi Yusuf tidak melakukan pesta mubazir. Ia malah menggelar acara syukuran dengan cara menyisihkan uang membantu kaum dhuafa. Ia memerintahkan Halim dan beberapa relawan didaerah se Aceh untuk membangun rumah dhuafa secara swadaya dengan dana 1 rumah dibangun dari nol Rp 30 juta. Halim menjalankan misi sosial itu dengan membangun rumah di Kembang Tanjong, Musa, Dayah Indra Jaya, Teubeng dan Jeulatang Ujong Rimba Mutiara. Rumah-rumah itu berhasil dibangun dan diserahkan secara resmi oleh Darwati A Gani, istri irwandi Yusuf.


Membantu Kerja-kerja Baitul Mal/Dinas Sosial Aceh


Keaktifan Halim dalam aksi sosial membantu kaum dhuafa membuat dirinya dikenal dikalangan masyarakat Aceh secara umum dan Pidie-Pijay  secara khusus, sesuai area kerjanya. Karena itu pula Halim kerap dijadikan tempat curhat masyarakat miskin yang banyak melaporkan kesusahanya. Banyak proposal permohonan bantuan rehab rumah yang diajukan masyarakat kepada Halim hingga suatu saat Halim pernah membawa gunungan proposal warga kurang mampu itu ke Baitul Mal Aceh medio 2018, tepatnya 6 bulan Irwandi Yusuf menjabat Gubernur Aceh periode keduanya. Saat itu Baitul mal masih di pimpin Abu Tausi atau Tgk Zamzami Abdulrani Ssos, mantan GAM Meureuhom Daya yang bersahabat dekat dengan Irwandi Yusuf.


Ketika Irwandi Yusuf dalam posisi diproses secara hukum di Jakarta karena terkena kasus OTT yang bagi Halim itu sebagai sebuah intrik pusat membungkam Irwandi Yusuf, Manajemen BPKS dibawah Fauzi Husin pada 2018 sudah berakhir dan digantikan Sayid Fadhil sebagai Kepala BPKS yang baru.

Selama 6 bulan menjabat, dan saat posisi Irwandi Yusuf sedang berjibaku dengan hukum di Jakarta, posisi Sayid Fadhil sudah mulai digoyang elit Aceh sepeninggal Irwandi Yusuf. Sejak Nova Iriansyah ditunjuk sebagai Plt Gubernur Aceh, Sayid Fadhil yang sedang melakukan reformasi besar-besaran dalam tubuh BPKS dari anasir koruptor dalam lingkungan internal BPKS malah mulai dicari-cari kesalahannya oleh beberapa elit BPKS (dewan Kawasan) yang kurang senang gaya kepemimpinan Sayid yang tegas dan tak pandang bulu dalam upayanya melakukan pembenahan. Mereka memperkarakan Sayid dengan laporan-laporan sepihak yang semakin menyulitkan posisi Sayid dimata Ketua Dewan kawasan (Plt Gubernur Nova Iriansyah). Hingga puncaknya Sayid Fadhil diberhentikan dari BPKS oleh Nova Iriansyah yang terkesan mencari-cari kesalahan Sayid Fadhil.

Saat itu, posisi Halim dalam manajemen BPKS yang semula staf menjadi Staf Asistensi mulai juga ikut ‘terimbas’ konflik Sayid Fadhil versus Dewan Kasawan (termasuk Deputi) hingga Plt Gubernur. Ketika posisi Sayid sudah diberhentikan dari BPKS, posisi Halim pun mulai terancam karena dianggap orang dekat Sayid Fadhil dan kroni Irwandi Yusuf. Padahal sebetulnya Halim hanyalah seorang profesional baik saat manajemen dipimpin Fauzi Husin hingga Sayid Fadhil, karena semasa Sayid Fadhil sekalipun Halim masih tetap diposisikan sebagai staf ahli yang dibawa kemana-mana untuk melancarkan tugas-tugas Wakil Kepala dan Kepala BPKS.


Karena situasi makin runyam itu pula, kontrak Halim sebagai Tim Asistensi akhirnya tak diperpanjang untuk 3 bulan kedepan. Akibatnya Halim tidak bisa lagi eksis di BPKS, artinya ia out dari BPKS. Halim adalah korban pertarungan antara elit BPKS dengan Plt Gubernur Nova Iriansyah.



    Halim saat menghadiri sebuah acara di Jakarta bersama Kepala BPKS, DR Drs Sayid Fadhil SH MM

Beberapa bulan kemudian tersiar kabar Irwandi terkerengkeng di Jakarta, Partai PNA tempat ia bernaung sebagai Ketua Media dan Publikasinya bahkan mulai dirong-rong secara internal oleh elit PNA lainya yang menggelar KLB sehingga posisinya 'tergantung' di PNA beberapa bulan hingga ia benar-benar resign total dari PNA. Namun ia tetap membina hubungan baik dengan personal-personal/petinggi dan keluarga besar PNA.

Kini Halim bersolo karir,  aktif menulis  buku profil, penulis lepas di media online (news) berbasis di Jakarta. Ia juga banyak diminati calon/tokoh nasional yang akan maju dalam berbagai pemilihan demokrasi sebagai tim ahli publikasi. Ia membranding banyak tokoh lokal, maupun nasional. Namanya terus berkibar sebagai penulis para tokoh potensial dimasa depan. Ia juga owner di Youtube @myhelbTV Membaza Zaman > https://www.youtube.com/@myhelbTV  [afzz/d]


Riwakat Pendidikan
- SDN Tanjung Rejo Medan
- SDN Ulee Cot Seupeng peukan Baro Pidie, 1990
- SMP Bambi 1991-1994
   (Alumni Panti Asuhan Penyantun Islam Bambi)
   (Alumni Pesantren Al Furqan Bambi)
- MAN lulus 1996
- Fakultas Hukum Unsyiah (USMU & beasiswa)
- Asia Pacific University of Technology & Innovation (APU)


Riwayat pekerjaan

Riwayat pekerjaan
- MAN 1 PIDIE ONLINE 2024 - 
- Stafsus DR Sayuti Abubakar SH MH for Walikota Lhokseumawe 2024 - 2029
- Stafsus AKBP (Purn) Dr. H. Nazaruddin, SH, MM, MH 2023 -
- Stafsus Edi Saputra SH for Bireuen 2024 - 
- Stafsus DR Teuku Taufiqulhadi MSi 2023- Feb 2024 
- Stafsus H Muhklis Takabeya for Bireuen 2021 - 2023
Stafsus Dr Hj Rizayati SH MM 2020-2021
- Novelis di aplikasi NovelToon
- Penulis di IDMTimes
- Stafsus Edi Saputra 2019 - Juni 2021
- Emirates Development Research (EDR)
- Owner Myhelb Membaca zaman Halim El Bambi
- Helb Studio / Helb Design (Socmed/FB)
- Stafsus Irwandi Yusuf Bidang Pencitraan, propaganda & Aksi Sosial 2013 - 2018
- Timses/Konseptor Aceh Hebat pasangan Irwandi-Nova 2013 - 2018
- Stafsus Darwati A Gani for DPRA
- Ketua Media dan Publikasi DPP PNA 2013-2018
- Koordinator Pembangunan Rumah Dhuafa Swadaya 2017
- Inisiator 1 Juta Kamera untuk Dhuafa
- Staf Ahli BPKS Sabang 2013-2018
- Serambi News (International Desk) 2011
- The Aceh Institute 2005-2011
- Koalisi NGO HAM Aceh 1998-2004
- Forum LSM Aceh 1997 - 1998
- DeTAK Unsyiah 1997

Skilss:
- Political Branding
- Product Branding
- Personal Branding
- Webmaster
- Cartoonist
- Fabelist / Novelist
- Writer/Editor/Journalist
- Lay-outer / designer
- Art, Comicus
- dll


















Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)