Manuver 'Elegan' Edi Saputra di Sibolangit

Halim El Bambi
By -
0

 

Tulisan ini melengkapi cerita indah internal Partai Demokrat yang berujung KLB, pengkhianatan terhadap kader yang telah berjasa dibalas dengan pengkhianatan yang elegan
-
Edi Saputra tetaplah LOYAL pada Partai Aceh yang ia cintai

Publik riuh-rendah manakala seorang Edi Saputra, politisi muda asal Bireuen melakukan 'manuver politik' tingkat tinggi dengan menghadiri sebuah Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar di Sibolangit, Sumatera Utara.

Edi Saputra yang saat ini masih loyalis sebuah partai lokal Aceh tidak salah menghadiri KLB yang dibuat barisan sakit hati (BSH) Partai Demokrat bentukan Jenderal Moeldoko. Sebab Edi memegang surat undangan khusus untuk datang ke Sibolangit atas nama PRIBADI. Ia tak datang dengan serta merta. Pihak panitia KLB yang terdiri dari mantan petinggi PD BSH yang pernah dipecat dan didepak paham betul apa yang menimpa pada seorang Edi Saputra
.
Pak Moel mungkin sudah membaca track-record seorang Edi ketika bagaimana ia dengan susah payah, berkorban harta benda membangun dan membesarkan partai Demokrat Wilayah Bireuen. Namun, ketika Edi berada di puncak ketenaran dan popularitasnya sebagai politisi muda yang diperhitungkan, tiba-tiba jasa besar Edi seakan menguap dan tak dianggap oleh petinggi PD Aceh. Oleh berbagai alasan yang dibuat-buat dan disetting sedemikian rupa, dicari-cari kesalahannya yang sebetulnya tidak ada (sesuai pengakuan Edi kepada saya), ia pun dipecat dan didepak dari keluarga besar Partai Demokrat Aceh.

Tentu saja Edi sangat kecewa. Jasanya seperti tak dianggap. Ia merasa dilecehkan dan dihinakan. Belakangan ia juga masih terhinakan oleh jasanya kepada pasangan Irwandi-Nova yang pengorbananya harta bendanya pun juga tak dianggap dan dihiraukan. Edi makin 'meledak' namun ia bukan type Rambo atau Arnold atau Clint Eastwood yang dengan brutal melakukan pembalasan saat dirinya dizalimi dalam berbagai squel epiknya. Edi tetap smart menghadapi berbagai 'rasa sakit hati' yang ia terima.

Saya menyebut aksi Edi bagi orang-orang yang menzaliminnya semasa aktif disebuah parnas itu sebagai 'manuver pembalasan' yang lebih menyakitkan. Ada harga manakala ketidakadilan dihadiahi kepada orang-orang yang pernah berjasa maka satu-satunya cara untuk mengembalikan 'keadilan' itu adalah dengan menggelar KLB dan menghadirinya degan riang. Mungkin Edi mendapat moment yang pas ketika sekaliber Jenderal Moeldoko mengambil alih tampuk pimpinan PD--yang dianggap pimpinan PD saat ini masih terlalu 'hijau'--Imbasnya tentu langsung ke ulu hati Partai Demokrat yang ada di daerah, khususnya Aceh. Tentu publik tau, kemana arah 'tembakan' Edi ditujukan.

Dengan segala kekisruhan yang melanda 'The Mercy', Edi mencoba mengambil celah ini sebagai episode pembalasan. Ia hadir dan dan memberi testimoni didepan peserta. Pembalasan Edi makin lengkap saja ketima saat dirinya memberi keterangan mengenai nasibnya dulu saat didepan dengans mena-mena langsung disiarkan oleh TV swasta secama massiv. Tentu ini semacam pembalasan paling indah dan megah yang berhasil dilakukan Edi.

Orang-orang yang sudah paham manuver Edi tentu akan mengambil sikap berdiam diri sambil tersenyum dipojokan. Sementara itu Edi dengan santai dan tenang melenggang dengan mobilnya meninggalkan arena kongres dengan hati suka cita. Tak lupa, ia juga ikut berpose bersama sang Ketum baru, Moeldoko.

Keadilan tidak menang sampai mereka yang telah menyebabkan penderitaan dibuat menderita sendiri secara batin. Sebagaimana orang pertama yang pernah membuat batin Edi tersiksa dan terhinakan. dalam dunia politik, pembalasan semacam ini paling sering terjadi dan dilakukan, bahkan dengan cara-cara radikal sekalipun.

Premis dikhianati dan mengkhianati adalah 'hukum alam' di ranah politik. Tidak ada yang perlu mengatakan bila prilaku itu sebagai pengkhianatan, sebab sebuah pengkhianatan juga akan dibalas dengan pengkhianatan pula. Mengecewakan akan dibalas dengan kekecewaan. Menzalimi akan dibalas dengan dizalimi. Rangkaian premis ini lagi-lagi telah menjadi satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan. Ia bagaikan lingkaran tak berujung dan sirkuit itu akan terus ada mewujud dalam bentuk aksi nyata dan visual.

Mungkin Edi paham betul apa yang diucapkan Francis Bacon: "Dalam sebuah pembalasan, seorang pria bahkan dengan musuhnya; tetapi dengan hanya melewatinya saja, dia sudah lebih unggul. |Halim El Bambi

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)