Rusli, Pengusaha Warkop 'Helsinki Kopi' Menggapai Impian dengan Kerja Keras dan Ketekunan

Halim El Bambi
By -
0

     Rusli sedang menjajaki Pajero Sport | FOTO IST
 

MYHELB MEMBACA ZAMAN |  2008, 4 tahun paska gempa dan tsunami dahsyat meluluhlantak, ekonomi Aceh sangat bergairah. Aceh saat itu masih dalam posisi duka dan sedang menata kembali pembangunan insfrastruktur dan mental.

Masa ini pula, banyak ekspatriat-ekspatriat baik asing maupun domestik berseliweran kesana-kemari dalam rangka rehab-rekon Aceh. Mereka berasal dari berbagai lembaga kemanusiaan dan pembangunan fisik serta mental, termasuk BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi) Nias - Aceh.

Kehadiran lembaga-lembaga dengan kekuatan uang segunung itu telah memantik peningkatan ekonomi hulu dan hilir di Aceh. Warung-warung kopi bertebaran dimana-mana, gerai-gerai makanan tumbuh bak jamur dan tak sepi pengunjung. Ekonomi Aceh masa ini berada pada tahap ‘hijau’ segar. Banyak pemuda mendapatkan pekerjaan dan mampu mengubah ekonomi keluarganya.

Namun saat itu, pelayanan internet gratis masih sangat terbatas. Banyak pekerja-pekerja NGO mendatangi warnet (warung internet) hanya untuk mengirim data atau sekedar berselancar. Belum banyak warung kopi yang memberikan layanan internet secara gratis, masa itu.

Melihat peluang itu, pikiran Rusli bin Ibrahim (33), pemuda asal Gampong Beuah, Delima, Pidie itu mulai menerawang jauh. Warnet patungan dirinya bersama beberapa sahabatnya seperti Andi Lancok (mantan aktivis 1998 Aceh) yang berada di Jl. Prof. A. Madjid Ibrahim, Sigli tak mampu menampung pelanggan yang setiap hari bolak-balik ke warnetnya.

Otak wirausaha Rusli, mantan Koordinator Kesehatan CHSE dan aktivis di LSM Paska itu terus berputar keras. Ia lantas memberanikan diri meminjam uang sebanyak Rp. 20 juta kepada beberapa keluarganya. Uang itu berhAsil ia dapatkan walau dengan susah payah. Dengan uang itu, ia lalu menyewa toko disamping warnet tempat ia bekerja sebelumnya. Warung kopi yang ia berinama ‘Helsinki Kopi’ (merujuk sebuah kota di Eropa yang sedang terkenal di Aceh karena perdamaian) itu akhirnya menjadi warkop pertama di Sigli yang memberikan pelayanan wifi gratis kepada para pelanggannya.

Memang benar, 2008, saat dimana situasi ekonomi Aceh paska gempa dan tsunami itu terus berdenyut, keputusan Rusli tak meleset. Ia rela meninggalkan kedai kelontongnya yang sebelumnya sudah ia rintis dan nyambi di warnet Sigli Net untuk fokus mengelola Helsinki Kopi miliknya. Pelan namun pasti pelanggan terus berdatangan. Pundi-pundi uang pun terus mengalir deras dari warkop berbasis wifinya.

Dari memulai bisnis kuliner kopi itu, Rusli mampu memperkerjakan pemuda-pemuda pengangguran yang ia rekrut dari beberapa gampong di Pidie. Adik-adiknya pun ia pekerjakan dan digaji layaknya karyawan lain.

“Sekarang adik-adik saya sudah mandiri dan sudah mampu membuka bisnisnya sendiri dibeberapa tempat seperti di Banda Aceh dan Kembang Tanjong Pidie,” akunya. Rusli berhasil menghidupi adik-adik dan keluarga lainya dari bisnis warung kopi.

Sampai sekarang, Rusli sudah bisa dikatakan sukses menjadi pengusaha warung kopi diusianya yang masih sangat muda, 33 tahun.

Dari kesabarannya menjadi pengusaha warung kopi, kini Rusli sudah mampu membeli beberapa petak tanah dan menyekolahkan adik-adiknya. Pada 2015 ia juga langsung melamar gadis pujaannya Mahdalena dan kini sudah dikaruniai sepasang anak masing-masing Rafa Safarat Al Farabi dan Rasya.

Menurut Rusli, menggeluti wirausaha itu mengasyikkan, asal segalanya dikerjakan secara sungguh-sungguh, telaten dan penuh kesabaran serta mau bekerja keras maka semua yang diimpikan impikan bisa tercapai.

“Alhamdulillah selama mengeluti bisnis warung kopi saya sudah mampu membeli mobil impian saya. Untuk kedepan saya juga sedang ancang-ancang membangun rumah sendiri untuk keluarga kecil saya.” Aku Rusli, sambil memperlihatkan mobil Honda Jazz RS miliknya yang ia beli dari hasil keringatnya sendiri, dengan bangga.

Namun sebelum menuai hasil kerja keras dan kesabaranya, selama memulai usaha warung kopinya Rusli bercerita bahwa semua itu tidak selalu mulus. Kendaraan sepeda motor satu-satunya yang ia miliki untuk mengurus warung kopinya raib digondol maling, sehingga ia harus naik becak kesana kemari, termasuk pergi ke pasar berbelanja kebutuhan warung kopinya.

Karena tak mungkin selamanya mengunakan jasa angkut becak dan merogoh banyak uang untuk ongkos becak, akhirnya Rusli memberanikan diri mengambil sepeda motor kreditan di showroom Honda. Ia lalu mencicil pembayaran kendaraan itu dari uang yang ia dapatkan dari warung kopi.

Kedepan Rusli bertekad membesarkan sayap-sayap bisnisnya. Termasuk membeli beberapa mesin olah kopi moderen (espresso) dan menjalin koneksi dengan beberapa pengusaha sukses diluar Aceh dalam kaitan jual-beli biji kopi sangrai. Semoga apa yang dilakukan Rusli menjadi inspirasi bagi pemuda-pemuda lainya.

“Untuk mengubah situasi, kita harus menekuni sesuatu pekerjaan dengan tekun dan penuh kesabaran. Yakin bahwa bisnis yang kita jalani itu bisa merubah situasi bagi diri kita dari susah menjadi penuh syukur.” Pesan Rusli diakhir wawancara. | Halim El Bambi | Myhelb Membaca Zaman | myhelb.blogspot.com 



Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)