From Sanggeue To Australia, for Peace

Halim El Bambi
By -
0




MYHELB MEMBACA ZAMAN | Tidak terbayangkan dirinya kalau pemuda asli Sanggue, Pidie dan besar di Bireuen itu bisa menginjakkan kakinya di tanah kangguru.

Kenyataannya memang demikian. Pada tahun-tahun 80-an hingga penghujung 90-an, kondisi Aceh benar-benar bak air tenang tapi mematikan. Masa itu rezim Soeharto masih mencengkram RI, dan Aceh dihadiahi sebagai wilayah operasi militer. Suasana Aceh yang terlihat dipermukaan memang biasa-biasa saja, namun dilain sisi sesungguhnya sangat mencekam, terutama bagi para gerilyawan yang menuntut Aceh pisah dari Indonesia, mereka adalah Gerakan Aceh Merdeka. Bagi Soeharto, tak ada kompromi, atas nama pemberontakan harus disikat habis hingga keakar-akarnya.  

Bahkan pentolan AM sendiri, Hasan Di Tiro, terpaksa angkat koper ke luar negeri. Ia menepi ke berbagai negara Eropa, sempat juga ke Amerika mencari suaka. Ia menggencarkan perjuangannya secara jarak jauh. Anak buahnya di Aceh banyak yang meregang nyawa diterjang peluru, namun tak sedikit juga yang luluh dan ikut berdamai dengan negara yang dulunya mereka benci. MoU Helsinki telah merubah segalanya. Aceh kembali damai dalam bingkai NKRI. Semua dengan sukarela menyerahkan senjatanya untuk dibelah menjadi dua bagian. Bedil dan kekerasan sudah sirna berganti dengan pelukan rasa haru dan salam erat jabat tangan.

Nah, sebelum perdamaian antara GAM dan RI terjadi pada Pada 15 Agustus 2005  silam, jauh sebelum perdamaian itu, tepatnya medio 1996, Tgk Ali Maulana -- oleh salah seorang karibnya,  diajak kabur ke Australia. Teman terdekat Ali Maulana ini sebetulnya sudah sangat tertekan hidupnya di Aceh. terlebih ketika Ayah dan abangnya terbunuh dalam sebuah insiden berdarah sepanjang konflik GAM-RI. Ia semakin trauma dan kacau ketika rumahnya pun ikut diobrak-abrik dan dibakar sehingga tak ada lagi tempat ia berteduh dan beristirahat. Tempat masa kecilnya sudah musnah, keluarganya binasa. "Apalagi yang harus aku harapkan dari tanah penuh derita ini." pikirnya pilu. 

Pikiranya terus menerawang kesebuah negara besar paling selatan di lautan Hindia-Pasifik, namanya pulau Australia, lebih tepatnya benua, karena ukuran besar dan luasnya tak terkira. Ia teringat, ada beberapa saudaranya dulu tinggal disana. Mungkin kerabatnya itu mau menampung dirinya untuk hidup dan menjalani lembaran baru disana. Maka dengan niat menata hidupnya yang sudah hancur, ia pun nekad bulat pergi ke negeri ex- jajahan Inggris Raya tersebut. Supaya selama perjalanan tak sendiri, Ia membawa serta Ali Maulana yang dianggapnya juga punya masalah yang sama dengan dirinya. Lebih lagi, Bang Ali, katanya paling tidak bisa menjadi juru bicara dirinya karena masa itu ia masih fasih bercakap-cakap logat Inggris.

Sebenarnya Ali Maulana sangat keberatan ingin pergi ke Australia, meski diiming-iming disana akan mendapat pekerjaan yang layak, mampu menghidupi keluarga. Tapi Ali masih cinta dan sayang tanah Aceh, tempat kelahiranya meski ia sendiri sedang bersingungan dengan 'perjuangan Hasan di Tiro'. Namun karibnya itu setengah memaksa, hingga ia luluh dan mau saja menemaninya pergi meninggalkan kampung halaman, membuka lembaran baru di negeri antah berantah. 

Maka, dengan modal nekad dan misi memperjuangkan Aceh dilevel internasional secara politis, Ali dan kompatriotnya itu pun berangkat  dengan fasilitas suaka politik ke negeri impian. Mereka menetap di Melbourne, kadang berpindah-pindah sesuai alih profesi pekerjaan.

Pada tahun 1999 hingga 2003, Tgk Ali  Maulana, biasa dipanggil disana,  terpilih sebagai Ketua AAA (Aceh Australia Association), sebuah asosiasi atau perkumpulan orang-orang Aceh di Australia.

Orang-orang Aceh yang tergabung dalam AAA pimpinan Ali tidak tinggal diam dengan konflik yang terus mendera kampung halamannya, Aceh. Mereka terus membuat berbagai aksi simpatik agar Aceh mencapai perdamaian. Bagi AAA, konflik berkepanjangan yang mengegrogoti Aceh hanya akan membuat Aceh hancur berantakan dan tertinggal jauh dari wilayah lainya.

Hingga tersiar kabar, 15 Agustus 2005 itu merupakan hari paling bersejarah bagi Aceh dan RI. Itu adalah hari perdamaian. Para pejuang yang menamakan diri AM atau GAM dengan pemerintah RI sudah mencapai kata damai. Elit dari kedua berkonflik sudah menyodorkan tangan, berjabat tangan. Surat diteken dengan disaksikan oleh tim perdamaian dari berbagai negara didunia, terutama Eropa. Marti Ahtisarii, selaku motor penggerak perdamaian sudah bisa tersenyum setelah bertahun-tahun mendamaikan para pihak yang berkonflik itu.

Saat GAM-RI sudah damai, banyak lembaga perdamaian baik lokal maupun internasional terbentuk, tujuanya untuk menguatkan dan menjaga perdamaian secara sustainable. Misalnya JSC dan Henry Dunant Center, satu dari beberapa lembaga damai bermarkas di almarhum Hotel Kuala Tripa, Banda Aceh. Aku sendiri pun pernah bekerja disini, 2 kamar hotel Kuala Tripa yang legendaris itu dari sisi timur disulap menjadi kantor PIU.  Pada akhir 2003 inilah Ali Maulana, setelah melanglang buana di negeri asing, pulang ke kampung halamannya.

Ia aktif di beberapa lembaga perdamaian baik lokal maupun asing. Disinilah Ali berteman intens dengan  Irwandi Yusuf, yang masa itu ditunjuk oleh pihak GAM-RI sebagai Tim Perunding dari AMM (Aceh Monitoring Mission) dari pihak GAM. Sementara ketua AMM masa itu adalah Peter Feith. Senjata-senjata dimusnahkan, dipotong menjadi dua bagian. Simbol itu pertanda Aceh sudah damai !  

Dari hasil perdamaian itu, partai lokal dbentuk. maka lahirlah Partai Aceh, sebagai parlok pertama di Aceh. Irwandi termasuk salah satu pendirinya. Namun belakangan Irwandi berkonflik dengan beberapa petinggi PA dan keluar. ia lalu membentuk partai sendiri yang ia beri nama Partai Nasionalis Aceh. Beberapa tahun kemudian, 'Nasionalis' diganti menjadi 'Nanggroe', singkatanya tetap PNA disebut.

Di PNA ini pula, Ali mendedikasikan diri menjaga perdamaian. Ia aktif di DPW PNA kabupaten Pidie sejak dipimpin Iskandar Faiz atau Is Cagee. Is Cagee dulunya aktif di Partai Aceh, entah bagaimana ia lalu membelot ke PNA. Karena dekat dengan Irwandi ia lalu dengan mudah ditunjuk menjabat DPW PNA Pidie. Ali sendiri menjabat sebagai Kepala Divisi Perberdayaan atau pengkaderan di DPW PNA Pidie hingga Is Cagee meletakkan jabatan pada awal 2023. Harus diakui Is Cagee lama juga menjabat Ketua PNA Pidie dan telah banyak meletakkan dasar-dasar visi-misi PNA itu sendiri.

Karena begitu lama dan setia dan tau seluk-beluk internal PNA Pidie, dan pada saat Irwandi Yusuf menunjuk Tgk Muhammad Nur SHI, -- anak daripada Tgk Abdul Wahab Krueng Seumideun, mantan AM senior sepertemanan dengan Hasan di Tiro, yang didapuk sebagai penasehat politik pribadi Irwandi Yusuf-- sebagai Ketua baru PNA Pidie, Ali masih menjadi bagian penting PNA Pidie itu sendiri.

Sebenarnya, Ali tidak terlibat pada masa PNA kisruh menjadi dua kubu--meskipun belakangan kubu itu tetap dimenangkan Irwandi Yusuf secara hukum, Ali adalah sosok yang lebih 'moderat' pemikiranya. Mungkin dikarenakan asupan perjalanan hidupnya yang lebih matang saat berpetualang di Australia, negeri yang penuh tantangan. Ia tak berkonflik dengan siapapun di tubuh internal PNA Pidie. Ia lebih bersikap 'mendamaikan', bukan ikut larut berkubuan atau menyebelahkan diri ke kubu a atau b. Ia berada ditengah-tengah, mungkin karena pengalamanya sebagai tim perdamaian masa lalu, membuat sikap dan pemikiran Ali lebih objektif.

"Kita sebenarnya ingin merangkul semua rekan-rekan ke dalam satu barisan, barisan Tgk M Nur yang baru ditunjuk BW, kembali ke khittah dan sama-sama membersarkan PNA. Apabila tujuan kita sama, maka kita juga yang akan menikmati hasilnya. Sikap saya yang mendamaikan kadang ditanggapi salah oleh beberapa rekan yang mungkin lebih militan. Kita pahami itu. Yang pasti kita ingin kembali membesarkan PNA ini setelah BW come back ke Aceh." demikian amaran Ali yang disampaikan kepada saya.
Saat ini Tgk Ali Maulana yang berasal dari Gampong Raya Sanggeue, Garot, Pidie, menjabat Kepala Kesekretariatan DPW PNA Pidie. Bersama Sekjend baru PNA Pidie, Zulkifli Djuned, Halim El Bambi dkk yang mau ikut, ia bertekad melahirkan ragam program po rakyat, aksi sosial untuk membantu kerja-kerja Tgk M Nur selaku Ketua PNA Pidie. Semoga. | Halim El Bambi | Myhelb Membaca Zaman

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)