Bila Kebaikan Dibalas dengan Keburukan

Halim El Bambi
By -
0




MYHEB.BLOGSPOT.COM | Hidup ini tidaklah selalu mulus-mulus. Meskipun diri kita banyak disayang dan disanjung orang lain karena perbuatan kebaikan, pasti ada juga yang iri dengki dan khianat.

Sekalipun perbuatan yang baik-baik kita lakukan, namun ada saja jenis manusia yang tanpa akal objektiftifitasnya malah membenci kita, menggunjing kita dan bahkan mencoba mencelakai diri kita.

Entah itu hidup di kota atau kampung sekalipun, terkadang 1000 kebaikan yang kita lakukan malah tak tampak didepan mata, sebaliknya 1 keburukan justru itu pula yang diingat dan diungkit sampai 7 turunan.

Lebih parah lagi, bila kita melakukan perbuatan baik kepada seseorang yang awalnya mengalami masa-masa sulit, terjepit oleh masalah keuangan, terkadang apa yang telah kita korbankan kepadanya sama sekali tak dihargainya manakala ia sudah berada dipuncak kuasa atau, padahal kesuksesan itu karena uang yang ia pinjam kepada orang lain (diberikan modal). 

Setelah ia mendapat 'nafas segar' paska keterpurukannya, ia malah bersikap sombong, angkuh dan arogan.

Dalam tingkat lebih akut lagi, sering kebaikan yang telah kita berikan kepada orang-orang yang kita bantu pada ujungnya berakhir kita dijadikan musuh bebuyutan dirinya. Hal itu kerap kita jumpai ketika kita mengutangi uang kepadanya. Sehingga ia lebih galak dari yang empunya pemberi pinjaman.


Kepercayaan dan pengorbanan kerap sekali dibalas dengan kejelekan/keburukan, bahkan terkadang lebih kejam daripada apa yang kita berikan, sehingga muncul istilah "air susu dibalas air tuba".

Seseorang yang tidak tahu berterima kasih kepada manusia yang telah menolongnya, maka manusia tersebut bisa disebut sebagai 'kufur nikmat'. Tentang ini pernah disinggung Rasulullah SAW dalam sabdanya :

"Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih kepada sesama manusia.” (HR. Abu Daud & Tirmidzi).

Pedih memang, bahkan sangat pedih sekali ketika kebaikan kita dianggap sampah tak berharga setelah ia sukses. Kadang-kadang, orang yang telah makan, BAB dan kencing dirumah sang penolong ujung-ujungnya menjadi pengkhianat tulen bak Musailamah al Kahzab.

Namun Allah SWT telah mengajarkan untuk menghadapi manusia tak terima kasih seperti itu. Berbuat terus kebaikan dan tak usah berharap kebaikan itu dibalas oleh manusia, sebab Allah SWT yang Maha melihat dan membalas.

Tak ada keraguan untuk itu. Sebab hidup manusia di bumi ini memang bertujuan untuk berbuat kebaikan, bukan keburukan. Sedang keburukan biarlah dinikmati pemilik keburukan itu. 


Ingat qalam Allah SWT ini :

“Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS. Al-Qashash: 84).

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8).

Oleh karena itu, berbuat baiklah hanya karena Allah SWT, jangan karena ingin pujian atau pamer berlebihan. Hanya Allah SWT yang akan memberi pahala tiap kebaikan.

Bila kita ingin segala sesuatu menjadi ikhlas pun, maka niatkan tiap kebaikan walau tak seberapa sebagai niat mendapat keridhaan Allah SWT. Maka hidup kita pun akan tenang tanpa beban.

Urusan kita berbuat baik kepada ummat pun jangan demi minta pujian, Karena pujian orang itu terkadang palsu dan menipu, punya maksud dan tujuan, mungkin untuk menjilat atau mencari keuntungan bagi dirinya saja.

Kalau pun ia bertujuan untuk mencelakai kita, biarkan saja, sebab tiap niat keburukan pasti akan kembali kepada diri orang-orang yang buruk itu sendiri. Wallahu'alam | Halim El Bambi | Redaktur Tafakkur Masjid Baitil Izzah Syuhada Seupeng | Myhelb Membaca Zaman | www.myhelb.blogspot.com

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)