Penumpang Gelap yang Tak Dianggap

Halim El Bambi
By -
0

 


Myhelb.blogspot.com Membaca Zaman | Di dunia politik, kita sering mendengar istilah 'penumpang gelap', merujuk adanya kehadiran makhluk maujud berupa manusia jadi-jadian yang menyusup diantara kelompok atau grup dan yang lebih besar lagi mungkin didalam komunitas partai politik atau organisasi-organisasi apa saja.

Kehadiran 'Penumpang gelap' maujud manusia itu tentu saja punya banyak misi-misi tertentu. Bisa misi untuk 'periuknya' sendiri atau bahkan misi mengusung yang lebih besar lagi, misalnya menghancurkan sebuah kelompok atau komunitas dari dapurnya langsung dan dalam tempo yang pelan tapi pasti.

Meskipun 'penumpang gelap' ini tak berwujud hitam atau gelap, ia bisa membawa diri bak bunglon, menyaru seakan-akan ia adalah bagian penting dari internal itu sendiri. Sehingga sepakterjangnya bisa leluasa ia lakoni, lahir dan batin. Tak perlu pakai ISO (International Organization for Standardization) , selagi ia bisa 'menyaru', mengeluarkan jurus-jurus adaptasi mumpuni, maka ia bisa aman damai kerta reharja.

Uniknya, 'penumpang  gelap' tidak hanya ada dalam kamus kehidupan manusia, didunia hewan sekalipun, hewan-hewan yang menjadi penumpang gelap pun juga ada, bukan mitos.

Sebut saja burung gagak hitam (Corvus enca). Burung yang identik pembawa sinyal buruk ini suka mengejar elang di udara. Tujuannya tentu bukan untuk memangsa elang, melainkan menumpang diatas punggungnya. Lalu ia mulai mematuk-matuk elang. Anehnya elang yang tahu kehadiran gagak, diam saja sambil terus tekan gas 7 speed.

Elang sama sekali tak bergeming kehadiran si gagak yang dianggapnya hanya benalu atau parasit tak berguna. Gagak hanya menunggang dipundaknya buat gagah-gagahan diatas 'kemegahan' atau 'kehebatan' sang elang yang berwibawa, sehingga gagak mengira ia akan mendapat pujian dan ditakuti burung lain. Padahal kelakuannya hanya pencitraan buat riya.

Peneliti menyebut, elang sama sekali tak berminat memakan gagak. Ia hanya cuek-cuek elang atas kehadiran perusuh dipundaknya. Bila mulai bosan dan hendak mengusir si penumpang gelap, maka mudah saja bagi elang. Ia mulai terbang lebih tinggi ke udara dengan kecepatan ala Motogp, 330 speed! Sepertinya elang punya cukup BBM khusus pesawat terbang (Aviation gasoline/Avgas)  jenis aves di udara sehingga gagak pun terpental dari punggungnya.

Pelajaran yang bisa diambil adalah, kita tak perlu reaktif atas cibiran, fitnah atau omongan negatif dari orang lain. Tetaplah fokus pada tujuan. Terus kembangkan diri, menempa kapasitas diri kearah lebih baik dari orang-orang yang suka menjatuhkan diri kita.  

Jadilah seperti elang; berwibawa, punya kapasitas, disegani, sehingga dengan sikap tetap konsisten pada tujuan makna hidup, Insha Allah semua cita-cita dan ambisi positif bisa tercapai. Hidup ini hendaknya bisa bermamfaat bagi orang lain, jangan menjadi benalu apalagi pengganggu seperti si gagak tadi; ambisi tinggi tapi tak lebih pintar mengukur kemampuan.

Allah SWT menciptakan makhluknya yang lebih rendah dari manusia dengan segala prilaku aneh dan uniknya itu sesungguhnya supaya menjadi bahan pelajaran dan renungan (itibar) buat manusia yang berpikir. | Halim El Bambi | https://myhelb.blogspot.com/

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)