Sudirman Hasan, Sekjend Forum LSM Aceh di Mata Saya

Halim El Bambi
By -
0


Myhelb | Sudirman Hasan, Sekjend Forum LSM Aceh terpilih secara aklamasi untuk periode kedua, 2021-2025 adalah sahabat saya yang saya kenal sejak berkecimpung didunia aktivisme LSM, 1997 silam.

Ia bukan orang baru di Forum LSM Aceh. Bahkan kini, mantan aktivis mahasiswa di BSPD Unsyiah itu sudah bagaikan 'kuncen' (penjaga kunci) di Forum LSM Aceh, salah satu Lembaga Swadaya paling tua di Aceh, yang menjadi induk bagi puluhan dan bahkan ratusan LSM yang ada di negeri Serambi Mekkah.

Yang paling luar biasa dari seorang Sudirman, ia menapaki karir aktivisme ini benar-benar dimulai dari Zero.

Bertahun-tahun ia berdedikasi di Forum LSM Aceh dimulai dari staf rumah tangga hingga sampai ke puncak jabatan, Sekretaris Jenderal, bagi saya adalah sesuatu yang sangat luar biasa.

Ia memulai karir aktivis di Forum sejak 1998. Saat Forum LSM Aceh bermarkas di Jalan Rama Setia, Lampaseh Kota Banda Aceh. Saat itu saya juga baru bergabung sebagai Relawan sekaligus staf Penerbitan  Buletin pertama Forum LSM Aceh, Seureunee. Sudirman baru sesekali datang ke Forum, namun ia lebih banyak menghabiskan waktunya di BSPD, bakti sosial.

Pada era paska Kepemimpinan Afrizal Tjoetra sebagai Sekjend masa itu, dan Forum LSM Aceh pindah ke Blower, lalu saya hijrah ke Koalisi NGO HAM Aceh di Geuceue Kayee Jato, setelah itu Sudirman sudah mulai sangat aktif di Forum LSM Aceh sebagai staf permanen bidang rumah tangga.

Pembawaannya cenderung pendiam, rajin dan terus giat belajar meningkatkan kapasitas diri (capacity building) dari berbagai sosok aktivis senior, Sudirman pelan namun pasti mulai menapaki karirnya di Forum LSM. Kesetiaan dan kepeduliannya kepada lembaga itu sudah tak perlu diragukan lagi. Sehingga terkadang ia kerap dijuluki 'kuncennya' (juru kunci) Forum LSM Aceh.

Hampir 8 kepemimpinan di Forum LSM Aceh sudah ia lalui. Pun juga ia sudah banyak berkontrubusi sebelumnya di dunia aktivisme mahasiswa, salah satunya (termasuk saya, pemain belakang layar) ikut membidani kemunculan SMUR (Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat, yang kemunculannya ditakuti negara masa itu. Bahkan salah satu dedengkot SMUR, Aguswandi sempat dicap 'musuh negara)-- Sudirman ikut terlibat aktif disana. bahkan kawan-kawan SMUR masa itu banyak yang menginap di Forum LSM dan mengenalinya sebagai sebuah 'keluarga'. Termasuk menyiapkan konsumsi dan segala hal kepedulianya kepada aktivis pembela rakyat itu.

Paska gempa dan tsunami Aceh mengguncang Aceh 2004 silam dan dibentuknya BRR, banyak SDM lari semua ke badan yang mengurusi rehab-rekon paling makmur danannya itu. Namun Sudirman tetap memilih setia mengawal Forum LSM Aceh dalam berbagai kondisi dan situasinya. Soal kesetiaan ini, saya acungi jempol, memang Sudirman layak diberi Award dalam hal kesetiaan. Padahal limpahan gaji di BRR telah membuat banyak orang melakukan 'migrasi' besar-besaran, demi terlibat proses rehab-rekon yang 'godaannya' sangat menggiurkan.

Tapi Sudirman tak bergeming. Ia tetap melanjutkan kesetiaannya di Forum LSM Aceh. Saya pun tetap setia di Koalisi NGO HAM Aceh.

Sampai era kejayaan BRR mulai sirna, bersamaan hengkangnya BRR dari Aceh dan diikuti kaburnya banyak NGO nasional dan internasional angkat kaki dari Aceh, kaki Sudirman masih 'terpancang kuat' di Forum LSM Aceh. Donatur mulai sepi, dampaknya sangat mengerikan bagi eksistensi LSM di Aceh yang mulai kepayahan mengoperasikan kantor dan segala aktivitasnya. Lembaga donor tak lagi melihat Aceh sebagai sebuah daerah 'yang masih perlu di fasilitasi' sehingga mereka banyak hengkang ke Indonesia bagian Timur.

Akibatnya bisa ditebak. lembaga-lembaga donor sudah tak tertarik menginvestasikan uangnya untuk kepentingan visinya di Aceh. Forum LSM Aceh sempat terseok-seok akibat tak ada lagi supporting 'amunisi'. Fundrising pun semakin sedikit. Saat-saat kondisi kritis ini, Sudirman malah dipilih menjadi Sekretaris Jenderal Forum LSM Aceh yang sudah 'klepek-klepek'. Namun ditangan dinginnya, Forum LSM Aceh, entah bagaimana, masih bisa eksis dan melakukan banyak advokasi-advokasi tingkat tinggi yang krusial.

Salah satunya, Forum LSM Aceh yang ia kemudikan terlibat langsung penyelamatan lingkungan. Salah satunya adalah ketika berahsil menggagas petisi untuk meminta Mahkamah Agung mengambil alih kewenangan eksekusi terhadap perusahaan kelapa sawit PT Kallista Alam di Nagan Raya yang telah dihukum wajib membayar ganti rugi sebesar Rp 366 miliar oleh pengadilan karena terbukti melakukan pengrusakan di kawasan Rawa Tripa.

Eksekusi itu sampai sekarang belum berjalan meski vonis pengadilan telah dijatuhkan tujuh tahun silam. Pasalnya, Pengadilan Negeri Suka Makmue Nagan Raya enggan melakukan sita atas lahan perusahaan itu yang harusnya dieksekusi.

Forum LSM lantas menuntut agar MA terlibat langsung dalam proses eksekusi itu dengan mencabut kewenangan dari PN Suka Makmue.

Saat ini, petisi yang ditayangkan di laman change.org itu telah mendapat dukungan lebih dari 7.500 tandatangan dari berbagai personal dan lembaga. Padahal Forum LSM Aceh semula hanya menargertkan 1.500 dukungan.

“Dukungan itu menunjukkan betapa geramnya masyarakat atas keterlambatan terhadap proses eksekusi itu,”kata Sudirman, sebagaimana disitat kabardaily, paska dirinya kembali terpilih sebagai Sekjend.

Barangkali, Itu salah satun perjuangannya yang nyata bersama civil society lainya, mungkin sebelumnya pun ia bersama anggota Forum lainya dan aktivis Aceh juga kerap melakukan serangkaian advokasi sporadis di seluruh Aceh yang terdampak pengrusakan lingkungan.

Semoga saja, dengan terpilihnya saudara Sudirman Hasan untuk periode 2021 hingga 2025, isu-isu lingkungan dan adat di Aceh serta masalah kepentingan publik lainya bisa kembali diperjuangkan ke level-level selanjutnya. Selamat kawan. | Halim El Bambi | Mantan Staf Publikasi dan Kampanye Forum LSM Aceh 1997 - 1998. | Tenaga Ahli di Komitap Waketum KADIN Pusat RI | Penulis di Halim El Bambi (Myhelb) myhelb.blogspot.com

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)