Sayuti dan Syndroma Sophomore di Kalangan PNA
- Sekilas profile Sayuti sang pendamping Nova ternyata ken cilet-cilet (ternyata bukan sembarang orang)
https://myhelb.blogspot.com/2021/03/sayuti-dan-syndroma-sophomore-di.html
Oleh: Halim El Bambi | Owner LookAge Membaca Zaman | Timses Irwandi Nova Bidang Pencitraan dan Publikasi
LookAge | Setelah membaca pendapat sahabat-sahabat di medsos mengenai Cawagub yang diusung PNA bernama Sayuti Abubakar SH MH, pengacara kondang asal Peusangan, Bireuen. Dapat diambil kesimpulan sbb:
1. Ada yg mengatakan Sayuti adalah keluarga BW (Bang Wandi/Irwandi Yusuf.red).
Jabawannya: Bukaaan......yang masuk sebagai keluarga BW dalam tubuh PNA justri H. M Zaini atau biasa dikenal dengan panggilan Bang M. Penyintas para relawan saat pemenangan Irwandi - Nova pilkada lalu. Bahkan ketika saya pernah menyodorkan nama Bang M sebagai pendamping Bapak Nova, BW menolak mentah-mentah karena takut dianggap bersikap nepotisme. Padahal usulan nama Bang M cuma buat akal-akalan saya buat ngetes bagaimana jawaban BW. Ternyata BW sangat objektif dan profesional dalam hal menunjuk siapa yang pas dan cocok (capable) bila ditempatkan pada pos-pos tertentu. BW sangat jeli dan pintar melihat kader mana yang sangat qualified. Soal Bang M terpilih sebagai Ketua PNA Kota Banda Aceh itu yang pilih juga bukan BW melainkan stake-holder.
2. Sayuti memang dikenal luas dikalangan partai, namun ada juga yang masih belum mengenal Sayuti secara utuh dan yang masih belum kenal ini akan menganggap Sayuti sama saja dengan kebanyakan orang lain. Hal itu diakibatkan sosoknya yang 'low-profile'. Sayuti pernah dikenal luas saat dirinya maju pada pencalonan DPR-RI dari PKB. Itu juga atas saran dan rekomendasi Irwandi Yusuf. Banyak yang mau bekerja untuk pemenangannya bahkan suara Sayuti mampu menyaigi nama besar lainya.
Namun sayang, ditengah jalan Sayuti dikhianati oleh salah seorang sahabatnya di partai, yang sahabat itu kini menjadi aktor paling getol ingin menggagalkan nama Sayuti sebagai wagub pendamping Nova.
Sayuti seperti yang saya kenal sejak gabung di PNA atas ajakan Lukman Age (salah satu konseptor dan drafter PNA, tokoh koentji PNA) adalah sosok yang bukan sombong apalagi angkuh, sebaliknya seorang yang tidak banyak bicara dalam pergaulan sehari-hari tapi bisa lantang bila sudah di pengadilan membela orang-orang yang patut ia bela, maklum pekerjaan profesional Sayuti adalah pengacara.
Karena sikapnya yang low profile ini pula--tidak meledak-ledak baik sehari-hari maupun di media--,dan karena ia seorang intelektual dengan latar pendidikan yang mumpuni (sudah master), bagi orang yang iri kepadanya maka ia dianggap 'hana bereh'.
Ketika ada para pihak yang menyerang dirinya karena ketidakpuasan akibat nafsunya belum tersampaikan, Sayuti tetap menghadapinya dengan smart dan berupaya menghindari adu mulut atau debat kusir dengan orang-orang semacam itu. Selain itu, Sayuti juga pemurah dan sering membantu tim dan rakyat yang membutuhkan tanpa sombong mengabarinya di media sosial.
3. Banyak juga yang yang berpikir Sayuti tidak pernah sekolah tinggi. Ada juga yang bilang bahwa Sayuti itu tukang bawa-bawa tas pengacara di Jakarta. Ada juga yang bilang, Sayuti itu tukang tijik-tijik tas BW. Hahaha, ternyata Sayuti tak juga keberatan dianggap begitu. Karena memang pekerjaan dia seorang pengacara, ya jelas akan bawa-bawa tas kemana-mana. Sama saja macam mahasiswa yang bawa tas kemana-mana dipunggungnya. Tentu tak berdosa kan membawa tas dipunggung? Itung-itung buat olahraga juga dan bagian dari life-style kaum milenial.
Lalu tijik-tijik tas BW juga ya itu karena ia dianggap sebagai orang paling dekat dengan BW, tentu tak salah dan kita tak perlu cemburu. Bahkan tas presiden sekalipun ada yang ditijik-tijik oleh orang kepercayaannya. lagi-lagi tijik tas bukan dosa apalagi pamer. Itu sudah tugas 'negara' bos. Masak bos besar berjalan sambil tijik tas, tentu ada garis kerja dan protap untuk ini.
4. Ada juga rakan lon yang mengenal Sayuti secara intens, tapi akibat ka keunong cakoe bak kandidat yang laen dan ada juga yg sudah kena sihir keureutah mirah, tetap menggeleng kepala terhadap Sayuti. Padahal Sayuti tidak membutuhkan dukungan dari siapapun selain dari DPRA.
5. Kasus pengajuan Cawagub dapat dijadikan pengalaman berharga bagi kader-kader PNA agar mengenal hak dan kewajibannya dan mengetahui apa tugas dan kewenangan dari bermacam jabatan dalam struktur kepengurusan PNA sebagai partai yang demokratis dan modern.
SEKILAS TENTANG SAYUTI
Sayuti Abubakar lahir di Peusangan dari keluarga Uleebalang yang mapan dan kaya raya. Keluarga tersebut tidak lagi menggunakan titel TEUKU atau CUT di depan namanya. Sayuti itu kerabat dekat Sultan Saladin yang menjadi Ka. BNN Aceh sekarang. Dengan yang mulia Abu Tu Muhammad Amin Blangblahdeh pun meusyedara.
Sayuti sekolah MIN dan TSANAWIYAH di seputaran kampungnya di Bireuen dan belajar disebuah Dayah juga. Kegiatannya yang lain sama dengan anak2 gampong lain juga. Jak keumeukuep ikan dalam parit untuk uang jajan sekolah. Walaupun keluarganya kaya raya, memiliki duit jajan dari hasil kerja sendiri lebih membahagiakan. Sayuti kuep eungkot lam paret di Gampong Geundhot.
Setelah menamatkan Tsanawiyah, Sayuti disuruh merantau oleh orangtuanya ke Jakarta agar menjadi orang pandai dan tidak lagi keumeukuep lam lueng dan seut abeuek. Sayuti sekolah SMA disana dan setelah itu dia masuk Fakultas Hukum dan menjadi Sarjana Hukum. Setelah itu, Sayuti mengambil program Pasca Sarjana bidang Ilmu Hukum dan akhirnya Sayuti mendapat gelar « Meester in de Rechten » atau Master Hukum dalam usia yang masih amat muda. Tentu semestinya Aceh bangga punya seorang Sayuti yang mampu bertarung sejajar dengan pengaraca top nasional lainya di tanah air
Sayuti Abubakar, bersama dengan teman-teman lain seperti Lukman Age dll , adalah DRAFTER utama dalam pembuatan AD/RT PNA. Drafter maksudnya peletak pertama konsep berdirinya partai baik dari segi ideologinya, ad/rt dan bahkan sampai bagaimana membesarkan partai itu. Jadi Sayuti bagi saya layak penerus Irwandi Yusuf dalam tubuh partai, bukan keluarga BW itu sendiri.
Sayuti itu bukan orang bangai, seperti yang dibangun opini oleh orang-orang yang iri padanya. Saya dengar orang kita kalau menilai seseorang yang berlanggam 'low-profile' ipeugah lee bangsa endatu BANGAI. Lalu menyoe sidroe ureung punoh ngen gertakan dan suka menceritakan kehebatannya dalam warkop dianggap HAYEUE. Inilah pemahaman yang salah bagi kita bila menilai orang lain. Kalau sudah tampak meledak-ledak, rayaa suu tapi tem shoh lalu kita puji dan anggap ia hayeue. Padahal sosok low profile seperti Sayuti yang hayeue, bukan yang raya suu tapi ek mandum asoe.
Sifat bangsa endatu yang gemar mengkerdilkan orang lain dengan penilaian jelek dan menjatuhkan ini disebut 'Sindroma Sophomore', semacam gejala atau tanda-tanda yang merasa dirinya sangat pintar padahal bangai bin dungu. Jadi berhenti menjelakkan orang-orang terpilih hanya karena diri kita tak terpilih hingga jadi iri dan dengki. Sebab sifat ini hanya akan mencelakai diri sendiri.
Sindroma: gejala, tanda2.
Sopho: sofo, sufi, filsuf, pintar.
Moron: badui padang pasir, sok tau tapi sombong, bangai.
Di kampus-kampus di Amerika ada kelas resmi yang dinamakan Sophomore. Tahapannya begini: Freshman (tingkat 1), Sophomore (tingkat 2) dan Senior (tingkat 3 dan seterusnya sampai tamat). | Halim El Bambi | Owner Lookage | Timses Irwandi - Nova Bidang Pencitraan dan Publikasi