Edi Saputra Minta Presiden Joko Widodo Evaluasi Kinerja Gubernur Aceh.

Halim El Bambi
By -
0


 LookAge | Mau kita bawa kemana jumoh (wajah) Aceh setelah predikat provinsi se Sumatera sukses tertera di nanggroe kaya raya dengan uang otsusnya ini?

Kemana-mana saya pergi, seakan dibelakang punggung, di baju tertulis secara BOLT, bak disablon: "Selamat Atas Pengukuhan Aceh sebagai provinsi Miskin. Selamat atas PRESTASI MEMBANGGAKAN Aceh." Saya tak tau mau saya paling kemana muka ini. Padahal saya selaku rakyat biasa tapi harus menanggung malu dari ulah amatir pemimpin Aceh yang gagal memakmurkan rakyat dari limpahan uang otsus yang triliunan itu.

Bukan hanya amatir, elit Aceh ini juga sudah berkali-kali mengkhianati rakyat Aceh.

Masih segar dalam ingatan ketina Nova Iriansyah saat berada dibawah kendali Irwandi Yusuf berada digarda terdepan memastikan pembangunan rumah dhuafa wajib terealisasi.

Namuns setelah BW 'terzalimi', rakyat Aceh pun ikut terkhianti oleh penerus Irwandi Yusuf. Padahal Irwandi Yusuf komit membangun 30.000 ribu unit rumah tak layak huni untuk masa 5 tahun kedepan. Bahkan para tim relawan pun ikut dilibatkan guna menuntaskan misi/program pengurangan angka kemiskinan.

Komitmen itu dituangkan dalam Qanun RPJMA 2017 - 2022 Aceh Hebat cq Aceh Seuniya.

Dalam RPJMA Innova disebutkan kalau setiap tahun dibawah komando Irwandi Yusuf pihaknya akan membangun 6000 unit rumah beserta pagu indikatifnya, itu dimulai sejak tahun 2018.

Sialnya, sepeninggal Irwandi Yusuf dan diteruskan Nova, janji itu mulai menguap dan bahkan visi-misi dalam RPJMA mulai berantakan. Seharusnya di tahun 2019 sudah dialokasikan 12.000 ribu unit rumah. (dengan rincian 6.000 unit pada tahun 2019 + 6.000 pembatalan 2018). Tapi ditangan penerusnya semua itu buyar.

Pengkhianatan Plt Nova yang kini sukses dilantik menjadi gubernur dadakan menjadi-jadi. Pembangunan rumah dhuafa tahun 2018 dan 2019 langsung dibatalkan dengan alasan-alasan yang klise. Akibatnya, ribuan rakyat dhuafa yang awalnya menaruh harapan besar kepada Irwandi terpaksa meratapi nasib.

Tahun 2020, dengan alasan paradox sebab pandemi covid19, anggaran pembangunan rumah dhuafa pun hanya hanya dialokasikan untuk 5.700 unit saja ! Itu juga tidak jelas kriteria penerima mamfaatnya.

Ketua Masyarakat Pengawal Otonomi Aceh (MPO) Syakya Meirizal bahkan menyebut, jangankan untuk mensubstitusi atas pembatalan tahun sebelumnya, jumlah unit yang dialokasin malah dibawah target RPJMA tahun berjalan.

"Jika tahun ini terbangun 4.076 unit dan tahun depan terbangun seluruhnya 5.700 unit, maka total baru ada 9.776 unit. Artinya Nova masih terhutang janji pada rakyat dan terhutang target pada RPJMA sebesar 20.224 unit rumah layak huni. Mungkinkah jumlah ini akan dialokasikan pada tahun 2021 dan 2022 agar janji tertunaikan dan target tercapai? Rasanya mustahil." jelas Syakya yang sangat getol mengkritisi kebijakan amatiran pemerintah Aceh dibawah Nova Iriansyah.

Sementara itu, mantan donatur pasangan Irwandi - Nova, Edi Saputra yang juga kerab melontarkan kritik tajam dan pedas kepada Nova Iriansyah, bahkan mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi Pudat untuk segera turun ke Aceh dan menyelidiki mengapa Aceh sampai mendapat predikat termiskin se Sumatera dan membuat malu Presiden RI, Joko Widodo. Karena atas kepedulian Presiden pula, Aceh mendapat suntikan dana yang begitu besar melalui perpanjangan dana otsus.

"Ada kesalahan sistem pengelolaan keuangan secara massiv yang dilakukan petinggi Aceh sehingga Aceh menjadi heboh setelah mendapat predikat termiskin se Sumatera. Ini harus segera dievaluasi, bila tidak segera diperbaiki maka akan menjadi preseden buruk bagi Aceh dan pusat. saya melihat mental-mental pejabat di Aceh yang tak paham mengelola anggaran inilah yang menjadi biang kekacauan Aceh." sebut Politisi Partai Aceh sambil meminta Presiden Joko Widodo agar segera melakukan evaluasi kinerja gubernur Aceh, Nova Iriansyah. | helb | LookAge

 

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)