Person of the Year Aceh 2020

Halim El Bambi
By -
0


MYHELB  | Tidaklah berlebihan bila saya menyebut ketiga sosok yang ada dalam cover ini adalah person-person yang kehadirannya sangat bermamfaat bagi rakyat Aceh saat ini. Khususnya dalam hal mengkritik pemerintah demi mengawal dan menyelamatkan uang rakyat.

Syakya Meirizal, sosok intelektual muda Aceh yang 2 tahun belakang ini muncul di media sosial terkenal dengan kekritisannya saat mengkritik berbagai kebijakan dan sepak terjang Plt Gubernur Aceh yang dijabat Nova Iriansyah paska Irwandi Yusuf terzalimi.

Hampir setiap hari dan tak mengenal waktu. Koordinator Masyarakat Pengawal Otsus (MPO) Aceh ini selalu mengupdate status di akun facebooknya dengan berbagai kritik pedas yang dialamatkan kepada pemerintah Aceh. Hampir semua isu panas dan kekinian ia pantau dan kritik. Tentu saja apa yang disampaikan Syakya Meirizal bukan hoak atau fitnah, melainkan realita yang berbalut datatable.

Hebatnya, kritikan-kritikan konstruktif, tajam dan bernas yang disampaikan Syakya Meirizal kebanyakan permasalahan seputar regulasi, transparansi keuangan negara, sampai berbagai akal bulus dari prilaku pejabat busuk ia sikat tanpa kecuali, termasuk sepak terjang Plt Gubernur Aceh yang tidak luput ia sorot secara gamblang. Esoknya, apa yang disampaikan dalam statusnya selalu menjadi headline atau viral. Status-statusnya itu lalu acap dikutip insan wartawan untuk dijadikan bahan pemberitaan headline baik dimedia online maupun cetak.

Usman Lamreueng atau nama aslinya Usman., S.Pd., M. Si tak jauh beda juga dengan Syakya Meirizal. Sosok akademisi yang saat ini sedang menyelesaikan program doktoralnya juga cukup kritis dan getol mengkritik berbagai kebijakan institusi/lembaga negara yang katanya wajib diawasi karena memakai uang rakyat.

Dengan karakter yang santun, intelek, Usman yang merupakan Tokoh Aceh Besar ini tanpa mengenal lelah selalu mengkritisi beberapa lembaga besar di Aceh. Sebut saja BPKS, BPMA. Ia juga kerap menulis artikel panjang seputar permasalahan dunia pendidikan di Aceh, mengkritisi beberapa regulasi-regulasi yang menjadi penyebab belum majunya dunia pendidikan, khususnya di Aceh.

Sosoknya kerap juga diminta pendapat oleh para wartawan terkait isu BPKS, BPMA hingga masalah yang mendera sebuah perguruan tinggi. Tak jarang, penguasaan ilmu manajemen pendidikan ang ia kuasai membuat dirinya didapuk sebagai konsultan atau tenaga ahli dalam membenahi sebuah PT.

Kritikan-kritikan berdasarkan data dan realita yang disampaikan Usman ke permukaan tak jarang membangunkan para pihak untuk segera berbenah dan memperbaiki keadaan. Sebut saja baru-baru ini, Usman berhasil memblow-up adanya info 'penerimaan gaji double' yang dinikmati salah seorang pejabat elit dalam lingkungan BPKS. Masalah itu terus ia kemukakan di media berkali-kali tanpa bosan hingga kuping BPK memerah. Tak tahan mendengarnya, BPK lalu melakukan sidak dan memberi pilihan kepada pejabat tersebut. Pejabat itu akhirnya terpaksa gigit jari karena harus menerima 1 gaji saja sesuai pilihan.

Apa yang dilakukan Syakya dan Usman adalah upaya mereka mengontrol, mengawasi dan menyelamatkan uang rakyat dari tangan-tangan aparatur jahil bin curang.

Sementara itu, Edi Saputra terkenal sebagai sosok politisi muda masa depan Bireun yang cukup keras dan tak kenal kata takut saat melancarkan berbagai kritikan tajamnya kepada Plt Gubernur Aceh. Sosok Pemilik waralaba Obama Market ini adalah ibarat 'the bigboss' dari Bireuen.

Ia muncul kepermukaan manakala aktif sebagai Ketua DPC Partai Demokrat di Bireun. Saat ini juga ia menjabat sebagai Ketua PMI Bireuen, namun sepakterjangnya ibarat seorang bupati saja. Ia kerap menggelar berbagai kegiatan amal, sosial dan tan sungkan berbagi rezekinya selaku seorang pebisnis dengan masyarakat Bireuen.

Ketika masa Pilkada lalu ia cukup banyak berkorban uang hingga milyaran lalu ia dikhianati oleh atasannya di Demokrat, saat itu Edi Obama muncul bagaikan Thor yang siap memalu siapa saja yang hendak menghentikan dirinya menagih haknya.

Edi tak kenal takut, bila ada hater yang mencoba menyerangnya, ia tak terbirit-birit, bahkan sebaliknya semakin terpacu untuk bertemu dan menghadapinya langsung secara face to face, bila perlu menyelesaikannya secara 'lelaki'. Banyak hater mengira Edi yang memiliki tubuh kecil adalah liliput, namun ternyata ia adalah sosok Samson yang siap menghadapi Goliat sekalipun, termasuk Plt Gubernur Aceh.

Pada akhirnya, apa yang dilakukan Syakya Meirizal, Edi Saputra, Usman Lamreueng sejatinya adalah perjuangan pengawalan akan kepentingan rakyat yang wajib dilakukan.

Kritik berarti kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Kritik terhadap penguasa Aceh saat ini bukanlah sebuah bentuk kebencian hakiki yang lahir untuk menjatuhkan melainkan demi tercapainya cita-cita rakyat diatas pundak para penguasa yang notebe digaji oleh rakyat.

Suatu ketika, Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah pernah berujar di media: “Saya berharap, adik-adik mahasiswa menjadi pengawas penguasa, karena setiap penguasa tidak lekang dari kekhilafan, maka itu butuh kritikan agar penguasa bekerja sebagaimana mestinya,” kata Nova saat beraudiensi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Ar - Raniry di Cafe Pradigma, Banda Aceh, Minggu, (2/2/2020). Akankah ucapan ini hanya film 'plee meulisan' saja. Buktikan kalau pemerintah tidak anti kritik !

Pada akhirnya rakyat Aceh sangat berterima kasih kepada Syakya dan usman sebagai penyelamat kepentingan rakyat. Edi memperjuangkan nasib para timses dan relawan yang terlupakan dan dilupakan. Tak berlebihan kalau kita sebut: 'person of the year', bukan?. Terus berjuang pantang mundur, bos ! | Halim El Bambi  | MYHELB 


Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)