Myhelb | Didunia terdapat begitu banyak teori atau konsep-konsep kepemimpinan
(leadership) yang kerap diadopsi menjadi barometer memimpin. Entah itu saat
mengendalikan sebuah perusahaan dan bahkan memimpin sebuah negeri dalam arti
yang sebenarnya.
Definisi pemimpin secara umum kerap kita pahami sebagai
seseorang yang mampu mempengaruhi perilaku orang lain di sekitarnya, dengan
melibatkan pengikut yang cukup banyak. Namun konsep umum itu, bagi Lukman Age
sudah tak laku lagi bila diterapkan di Aceh, khususnya.
Hal itu diakibatkan
dari krisis kepemimpinan yang mendera Aceh dalam tiga tahun lebih kebelakang,
sehingga membuat situasi Aceh semakin runyam. Visi-misi yang telah diletakkan
oleh Timses dengan begitu hebat pada
akhirnya runyam berantakan. Bahkan tensinya semakin amburadul. Apa yang
diungkapkan Peneliti dari Lembaga Riset terkemuka dari Aceh, The Aceh Institute
dalam timeline media sosial pribadinya, Sabtu (2/11) itu telah memantik diskusi
panjang dari user media sosial lainya.
Lukman menyebutkan, ada orientasi yang salah
saat konstituen pemilih memunculkan calon pemimpinya pada pesta pemilihan
kepala daerah.
“Jika dilihat keadaan saat ini, berharap akan lahir seorang
Gubernur yang berorientasi semata-mata untuk membangun dan mengabdikan dirinya
untuk rakyat sepertinya sulit.” Tulisnya.
Dari kenyataan tersebut, Lukman
menawarkan konsep terbalik dari kepemimpinan umum yaitu dengan menerapkan
konsep sebaliknya. Ia menawarkan publik untuk mencari pemimpin dimulai dengan
membangun kelompok yang benar-benar bertujuan mengabdi untuk Aceh. Dalam arti
seseorang yang berjiwa leadership tinggi.
“Jika kelompok itu sudah kuat dan
besar, baru cari pemimpin yang mewakili kelompok tersebut untuk jadi Gubernur
atau posisi lainnya. Bukan setelah jadi gubernur lalu membuat kelompok atau kubu
sendiri.” Tawarnya.
Dengan konsep terbalik itu pula, Lukman Age lantas
menguatkan teorinya itu sebagai sesuatu yang bukan ‘cet langet’. Artinya dengan
konsep yang ia tawarkan tersebut, bukan tidak mungkin pemimpin yang diharapkan
rakyat Aceh akan muncul dari sebuah konstituen atau kelompok pengusung yang
benar-benar hasil godokan kelompok pengusung, bukan sebaliknya, dikendalikan
dan dicokok hidungnya oleh sang pemimpin itu sendiri.
“Aceh pernah punya
pengalaman bisa membangun gerakan yang orang-orannya rela mengorbankan waktu,
harta dan nyawa untuk kemaslahatan negerinya. Hanya saja komitmen dan orientasi
yang tidak dijaga itu pula membuat hasil akhirnya belum sesuai harapan.
Akibatnya banyak tim mengeluh ketika visi-misi tidak dijalankan oleh pemimpin yang
terpilih.” Ulas Lukman. Apa yang disampaikan Lukman Age pun banyak disambut
positif kalangan netizen yang berlatar belakang pemikir, mantan anggota dewan
dan akademisi. Komentar mendukung konsep yang ia tawarkan terus berdatangan di
kolom komentar statusnya hingga berita ini dimuat di myhelb.blogspot.com. |
Halim El Bambi | myhelb.blogspot.com | all rights reserved