Peneliti Aceh Institute : Aceh Krisis Pemimpin. Perlu Konsep Baru Melahirkan Gubernur Pro Rakyat

Halim El Bambi
By -
0

 

Myhelb | Didunia terdapat begitu banyak teori atau konsep-konsep kepemimpinan (leadership) yang kerap diadopsi menjadi barometer memimpin. Entah itu saat mengendalikan sebuah perusahaan dan bahkan memimpin sebuah negeri dalam arti yang sebenarnya.

Definisi pemimpin secara umum kerap kita pahami sebagai seseorang yang mampu mempengaruhi perilaku orang lain di sekitarnya, dengan melibatkan pengikut yang cukup banyak. Namun konsep umum itu, bagi Lukman Age sudah tak laku lagi bila diterapkan di Aceh, khususnya.

Hal itu diakibatkan dari krisis kepemimpinan yang mendera Aceh dalam tiga tahun lebih kebelakang, sehingga membuat situasi Aceh semakin runyam. Visi-misi yang telah diletakkan oleh Timses dengan begitu hebat pada akhirnya runyam berantakan. Bahkan tensinya semakin amburadul. Apa yang diungkapkan Peneliti dari Lembaga Riset terkemuka dari Aceh, The Aceh Institute dalam timeline media sosial pribadinya, Sabtu (2/11) itu telah memantik diskusi panjang dari user media sosial lainya.

Lukman menyebutkan, ada orientasi yang salah saat konstituen pemilih memunculkan calon pemimpinya pada pesta pemilihan kepala daerah.

“Jika dilihat keadaan saat ini, berharap akan lahir seorang Gubernur yang berorientasi semata-mata untuk membangun dan mengabdikan dirinya untuk rakyat sepertinya sulit.” Tulisnya.

Dari kenyataan tersebut, Lukman menawarkan konsep terbalik dari kepemimpinan umum yaitu dengan menerapkan konsep sebaliknya. Ia menawarkan publik untuk mencari pemimpin dimulai dengan membangun kelompok yang benar-benar bertujuan mengabdi untuk Aceh. Dalam arti seseorang yang berjiwa leadership tinggi.

“Jika kelompok itu sudah kuat dan besar, baru cari pemimpin yang mewakili kelompok tersebut untuk jadi Gubernur atau posisi lainnya. Bukan setelah jadi gubernur lalu membuat kelompok atau kubu sendiri.” Tawarnya.

Dengan konsep terbalik itu pula, Lukman Age lantas menguatkan teorinya itu sebagai sesuatu yang bukan ‘cet langet’. Artinya dengan konsep yang ia tawarkan tersebut, bukan tidak mungkin pemimpin yang diharapkan rakyat Aceh akan muncul dari sebuah konstituen atau kelompok pengusung yang benar-benar hasil godokan kelompok pengusung, bukan sebaliknya, dikendalikan dan dicokok hidungnya oleh sang pemimpin itu sendiri.

“Aceh pernah punya pengalaman bisa membangun gerakan yang orang-orannya rela mengorbankan waktu, harta dan nyawa untuk kemaslahatan negerinya. Hanya saja komitmen dan orientasi yang tidak dijaga itu pula membuat hasil akhirnya belum sesuai harapan.

Akibatnya banyak tim mengeluh ketika visi-misi tidak dijalankan oleh pemimpin yang terpilih.” Ulas Lukman. Apa yang disampaikan Lukman Age pun banyak disambut positif kalangan netizen yang berlatar belakang pemikir, mantan anggota dewan dan akademisi. Komentar mendukung konsep yang ia tawarkan terus berdatangan di kolom komentar statusnya hingga berita ini dimuat di myhelb.blogspot.com. | Halim El Bambi | myhelb.blogspot.com | all rights reserved

 

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)