Pamor Kopi Gayo Masih Terkendala Transportasi

Halim El Bambi
By -
0

 


- Eksport masih saja via pelabuhan luar Aceh

MYHELB/LOOKAGE | Pamor Kopi Gayo sudah sangat terkenal hingga seantero dunia. Sampai-sampai lebih dari 17 negara dari berbagai belahan dunia sudah mengimport kopi yang memiliki citarasa berkelas.

Tetapi, menurut Dekan Fakultas Pertanian Umuslim Bireuen, Elfiana SP Msi, meski kopi Gayo sudah dikenal secara internasional, bukan berarti kerja-kerja petani kopi baik di Aceh Tengah maupun Bener Meriah lancar-lancar saja. Ada kendala utama seperti belum adanya sistem processing kopi yang moderen dan canggih.

Elfiana yang bersama Wakil Dekan II UMuslim, Kepala Prodi Agribisnis, Kepala Prodi Bahasa Indonesia, Kepala Penyuluh BPP Atulintang Takengon, Salman saat meninjau beberapa petani kopi di Aceh tengah mendapati proses penjemuran bijih kopi petani masih dengan cara sederhana, misalnya dijemur diterpal plastik atau lantai semen yang jauh dari kesan moderen.

"Perlu adanya restrukturisasi dan modernisasi processing biji kopi untuk menjaga kualitas dan kuantitas produk. Pemerintah diharapkan bisa memfasilitasi modal bagi petani untuk modernisasi alat produksi ini.' ungkap Elfiana kepada Halim El Bambi dari MYHELB/Lookage, Rabu (30/06) sesaat dirinya mencicipi racikan kopi Gayo disebuah cafee kota Takengon.


Kendala lainya, menurut Elfiana saat dirinya berbincang-bincang dengan petani kopi di Aceh Tengah demi menyerap keluh-kesah petani adalah mengenai mahalnya biaya eksport biji kopi ke negara luar dikarenakan kopi-kopi itu harus ditransfer melalui Pelabuhan Belawan Medan.

"Jelas sekali petani atau pengusaha kopi kita mengeluh karena biaya mengeluarkan kopi ke luar negeri selalu harus melalui Medan dan itu butuh dana ekstra.

Menurut catatan BPS Aceh, nilai ekspor kopi asal dataran tinggi Aceh yang dikirim ke luar negeri mencatatkan rekor tertinggi pada November 2019 dengan angka mencapai  11,08 juta dolar AS. Sayangnya ekspor masih dilakukan melalui pelabuhan luar Aceh.

“Sayang sekali kalau pemerintah abai soal connectivity dan efektifitas eksport kopi ini disaat penerima terbesar kopi asal Aceh seperti Jerman dan Amerika Serikat (AS) memiliki nilai eksport hingga angka 11,08 juta dolar AS,” sesal Elfiana.  

Wilayah Aceh Tengah saat ini tercatat sebagai wilayah yang memiliki luas perkebunan kopi sebesar 48 ribu hektare. Produksi rata-rata kopi Gayo disini mencapai 720 kilogram perhektare pertahun. Demikian Elfiana menyudahi perbincangan. | helb 

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)