MYHELB | Kondisi terkini Aceh sejak dipimpin Plt Gubernur Nova Iriansyah, bukan membuat Aceh makin membaik, malah sebaliknya terus terperosok dalam pada jurang kehancuran dan kebobrokan akut.
Hal itu disampaikan Edi Saputra, Mantan Ketua DPC Demokrat Bireuen kepada MyHelb/Lookage, Kamis (3/9). Menurut Ketua PMI Bireuen yang juga Petinggi di Partai Aceh, sejak estafet Aceh 1 diambil alih Nova Iriansyah dari Irwandi Yusuf, sang konseptor Aceh Hebat, Aceh ibarat sedang di'gasak' habis-habisan oleh rezim Plt Nova Iriansyah.
"Lihat saja dalam beberapa bulan sejak ia ambil alih dan sampai sekarang, masa Covid19 mendera, hampir rerata kebijakan yang ia keluarkan sering menjadi blunder dan tak populis. Semua kebijakan Plt Nova Iriansyah kebanyakan dikecam masyarakat dan Aceh selalu jadi gaduh oleh ulah elit Aceh dan kroninya itu." terang pria yang dikenal Edi Obama.
Menurut Edi lagi, semenjak Aceh dikendali Plt Nova, program 'Aceh Hebat' yang sudah digagas yang seharusnya tinggal dilaksanakan sesuai cita-cita Irwandi Yusuf malah semakin berantakan dan runyam dibawah 'kepemimpinan amatir Plt', sosornya.
"Di mulai dari masa Covid19, kebijakan mencari lahan kuburan massal sampai sekarang Gerakan Masker Aceh Serentak hingga penempelan sticker di mobil serta berbagai kebijakan sebelumnya juga selalu memunculkan kekacauan sosial di tengah-tengah masyarakat Aceh. Ini menunjukkan, Aceh selama ditangan Nova Iriansyah itu memang betul-betul sedang dibawa ke jurang kehancuran. Ibarat ia sedang menenggelamkan kapal 'Aceh Hebat' itu sendiri, tapi ia tidak tau kalau yang tenggelam bukan hanya masyarakat tapi mereka pun ikut kelelep, sayangnya mereka tak sadar karena memang sedang memasang prinsip 'kloe priep' dari berbagai kritikan." sesal Edi.
Edi Saputra, Ketua PMi Bireuen yang saat ini sedang membangun rumah korban terdampak kebakaran di Juli, Biereun melihat langgam kepemimpinan rezim Nova Iriansyah ibarat 'si puntong meuteumei jaroe'.
'Tau bagaimana 'si puntong meuteumei jaroe? (seperti orang buntung mendapatkan tangan), ia langsung menganggap apa yang dilakukan selama ini seakan-akan sudah benar menurut pemahamannya, namun dimata orang lain 'si puntong meuteumei jaroe' ibarat manusia tuli akan berbagai kritikan dan protes. Mereka terus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan dirinya dan kroninya tanpa meresapi perasaan rakyat yang terluka atas berbagai kebijakan yang dikeluarkan."
Edi melanjutkan, "Lihat saja ulah Plt soal penempelan sticker, apa rakyat akan kenyang dengan penempelan sticker, berapa uang rakyat dihabiskan percuma hanya buat cetak sticker bodoh itu? Atau ulah pejabat kroninya yang lain saat menganggarkan dana buat beli mobil dinas yang angkanya mencapai milyaran, bahkan ada mobil yang harganya mencapai Rp 4,2 milyar, semua itu adalah cara rezim Aceh saat ini mencoba ambil keuntungan secara zalim ditengah musibah pendemi korona. Perilaku ini jelas sangat melukai perasaan rakyat." geram Edi Saputra.
Edi Saputra diakhir pembicaraan itu menawarkan solusi dengan mendesak Rezim Aceh dibawah Plt Nova Iriansyah dan kroninya itu agar segera mengimplementasikan poin-poin penting dalam petisi yang disodorkan Gerakan Rakyat Aceh Menggugat (GERAM) dalam aksinya baru-baru ini.
"Kita apretiated kawan-kawan dari GERAM. Bila rezim Nova Iriansyah masih buta dan tuli dengan desakan GERAM, sebaiknya dia memang layak digulingkan dari tampuk kekuasaan," tutup Edi Saputra. | halim el bambi | LOOKAGE/MyHelb Membaca zaman
Pemerintah Aceh Mirip 'Si Puntong Meuteumei Jaroe'
Kondisi terkini Aceh sejak dipimpin Plt Gubernur Nova Iriansyah Nurdin
, bukan membuat Aceh makin membaik, malah sebaliknya terus terperosok dalam jurang kehancuran dan kebobrokan akut. Sejak estafet Aceh 1 diambil alih Nova Iriansyah dari Irwandi Yusuf, sang konseptor Aceh Hebat, Aceh ibarat sedang di'gasak' dan 'diperkosa' habis-habisan oleh rezim Plt Nova Iriansyah dan kroni.
Lihat saja dalam beberapa bulan sejak ia ambil alih Aceh dan sampai sekarang memasuki era Covid19 mendera, hampir rerata kebijakan yang dikeluarkan Plt dan kurcacinya sering menjadi blunder dan a populis. Semua kebijakan Plt Nova Iriansyah kebanyakan dikecam masyarakat dan Aceh selalu jadi gaduh oleh ulah elit Aceh dan kroninya itu.
Semenjak Aceh dikendali Plt Nova, program 'Aceh Hebat' yang sudah digagas yang seharusnya tinggal dilaksanakan sesuai cita-cita Irwandi Yusuf malah semakin berantakan dan runyam dibawah 'kepemimpinan amatir Plt'. Kebobrokan itu dimulai dari kebijakan mencari lahan kuburan massal yang melukai perasaan rakyat Aceh, hingga sekarang mulai muncul lagi program habis-habisin uang rakyat berbalut 'Gerakan Masker Aceh Serentak', ibarat gerakan jalan-jalan buat raup SPPD luar kota yang lumayan menggiurkan, sampai penempelan sticker di mobil serta berbagai kebijakan sebelumnya yang selalu memunculkan kekacauan sosial di tengah-tengah masyarakat Aceh.
Berbagai kekacauan itu telah menunjukkan Plt Nova Iriansyah dan rezimnya itu memang betul-betul sedang membawa Aceh pada jurang kehancuran. Ibarat ia sedang menenggelamkan kapal 'Aceh Hebat' itu sendiri, tapi mereka tidak tau kalau yang tenggelam bukan hanya rakyat tapi mereka pun ikut menelan air bah, sayangnya mereka tak sadar karena memang sedang memasang prinsip 'kloe priep' dari berbagai kritikan.
Taukah saudara bagaimana si puntong meuteumei jaroe? (orang buntung lengan yang baru mendapatkan kembali lengannya?), itu ibarat orang yang sebelumnya buntung tangan tiba-tiba mendapat kembali lengannya lalu berulah melakukan apa saja sesuka hatinya, menganggap apa yang dilakukan seakan-akan sudah benar menurut pemahamannya, namun sesungguhnya, dimata orang lain, apa yang dilakukan 'si puntong meuteumei jaroe' adalah sebuah dagelan memalukan dan sekaligus melukai pihak lain. Langgam memimpin tuan Nova Iriansyah beserta jajaran kurcacinya itu sungguh mirip bagaikan 'si puntong meuteumei jaroe' ini, kaum udik yang baru turun ke kota, tak pernah melihat uang dan kemewahan sebelumnya, lalu bertingkah urakan, bikin geleng-geleng kepala para pihak pejuang kepentingan rakyat.
Ibarat manusia tuli akan berbagai kritikan dan protes, si 'puntong meuteumei jaroe' juga terus mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan dirinya dan kroninya tanpa meresapi perasaan rakyat yang terus terluka. Sekali pun mereka di protes, tetap tak bergeming, ini diartikan bahwa si 'puntong meuteumei jaroe' adalah jenis makhluk yang sudah 'beunak hatee' atau 'bushoe dhoe' yang harus di amplas sekuat-kuatnya sadar.
Lihat saja aksi 'si puntong meuteumei jaroe' saat kebijakan penempelan sticker, belakangan kebijakan itu malah balik menyerang dirinya sendiri dengan aksi tandingan dari rakyat memburu mobil-mobil pejabat negeri untuk ditempeli spanduk 'dibeli dengan uang rakyat'. Tetap juga mereka tak bergeming, karena memang sudah tak punya lagi urat malu. Sibuknya program penempelan sticker ini membuat rakyat jadi gaduh dan mulai bertanya-tanya; berapa uang rakyat yang mereka habiskan hanya buat mencetak sticker bodoh itu?
Atau ulah pejabat kroni lainnya saat menganggarkan dana buat beli mobil dinas yang angkanya mencapai milyaran, untuk apa semewah itu? Buat bergayakah? Bahkan ada mobil yang harga per unitnya mencapai Rp 4,2 milyar! Gila, bukankah uang 1 unit mobil itu bila dialihkan untuk pembangunan rumah dhuafa bisa dibangun sampai ratusan rumah? Semua aksi-aksi gila rezim Aceh saat ini adalah upaya terstruktur atas nama rakyat demi ambil keuntungan secara zalim ditengah musibah pendemi korona, ditengah-tengah rakyat didera kemiskinan dan kelaparan. Adakah hati mereka terbuat dari nurani? Atau sudah terbuat dari pelat baja berselemak karat? Perilaku-perilaku rezim ini sungguh sangat melukai perasaan rakyat Aceh saat ini.
Kita mendesak Rezim Aceh dibawah Plt Nova Iriansyah dan kroninya itu agar segera mengimplementasikan poin-poin penting dalam petisi yang disodorkan Gerakan Rakyat Aceh Menggugat (GERAM) dalam aksinya baru-baru ini di Banda Aceh. Sekali lagi kita appreciated kawan-kawan dari GERAM yang sudah susah payah turun ke jalan dan bila kita masih melihat rezim Nova Iriansyah ini masih buta dan tuli dengan poin-poin desakan GERAM itu, sebaiknya memang rezim ini layak digulingkan dari tampuk kekuasaan. / Edi Saputra